Hidup di Pos Kamling, Pria di Jember Hidupi Dua Putrinya
Pos kamling berukuran 2x1 meter yang terletak di gang Jalan Slamet Riyadi, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember itu, berbeda dengan pos kamling pada umumnya. Di samping pos kamling itu terlihat peralatan memasak seadanya tanpa atap.
Di atas Poskamling yang terbuat dari anyaman bambu itu terlihat kain kelambu bekas yang dibentangkan hingga membentuk sebuah kamar tidur. Di dalamnya, terlihat tumpukan baju berserakan.
Ada juga rak terbuat dari bambu dengan di atasnya terlihat beras, beberapa telur ayam, dan Al-quran. Karpet hijau yang sudah lusuh dan penuh sobekan digelar dan dilapisi kasur lantai warna merah yang lusuh.
Layang-layang tertata rapi di dalam sebuah plastik warna putih. Begitu pun dengan belasan boneka mainan terlihat terbungkus plastik warna hitam.
Siapa sangka poskamling yang terletak di perkampungan dekat kuburan itu menjadi satu-satunya tempat berteduh bagi seorang pria bersama dua putrinya.
Memang tidak layak ditempati untuk tidur, namun tak ada pilihan lain bagi Solehudin dan dua putrinya Zahra Fitriani 9 tahun dan Salsabila Putri 8 tahun.
“Saya tinggal di pos kamling ini atas izin warga sekitar sudah hampir satu tahun,’ kata Salehudin kepada sejumlah wartawan, Selasa, 05 Oktober 2021.
Pria kelahiran Kecamatan Silo itu menceritakan, sebelum akhirnya hidup secara nomaden atau berpindah-pindah. Solehudin sempat merantau ke Bali, bekerja serabutan.
Namun, karena suatu hal, Solehudin bersama keluarganya pulang ke Jember. Jangankan memiliki rumah sebagai tempat berteduh, tanah sejengkalpun Solehudin tak punya.
Akhirnya dengan belas kasihan warga, Solehudin mendapat izin tinggal di sebuah rumah tak berpenghuni di Desa Pakusari, Kecamatan Pakusari, Jember. Solehudin tidak lama tinggal di rumah itu, setelah istrinya meninggal karena kecelakaan terpaksa meninggalkan rumah itu, karena merasa tidak enak kepada pemiliknya.
Sejak meninggalkan rumah itu, kedua putrinya juga terpaksa harus putus sekolah. Di tengah ketidakpastian itu Solehudin sempat menempati emperan rumah orang.
“Dulu anak saya pernah sekolah di Desa Kertosari, Pakusari. Namun terpaksa berhenti karena sudah tidak tinggal di sana lagi,” kata Solehudin.
Solehudin bersyukur, setelah sekian lama hidup tidak menetap bersama dua putri tercintanya akhirnya menemukan tempat untuk berteduh dari teriknya matahari dan basahnya air hujan. Solehudin diizinkan tinggal di poskamling di sebuah gang Jalan Slamet Riyadi, Patrang.
Kehidupan yang serba kurang tak lantas membuat Solehudin pasrah dan meminta-minta kepada orang lain. Solehudin tidak ingin memberi makan kedua putrinya dari uang hasil mengemis.
“Untuk biaya makan sehari-hari saya kerja serabutan, kadang bantu warga ngecat rumah, kadang bantu di bengkel. Alhamdulillah saat musim layangan, saya membuat dan menjual layang-layang kepada anak-anak sekitar poskamling,” jelas Solehudin.
Uang dari hasil kerja serabutan itu disimpan dan sebagian dibelikan beras, minyak goreng, dan telur. Jika kondisi cerah Solehudin memasak sendiri untuk makan kedua putrinya. Namun dikala hujan, Solehudin terpaksa membeli. Terkadang makanan juga diberi oleh tetangga.
Untuk kebutuhan mandi, Solehudin memanfaatkan sumber mata air yang tidak jauh letaknya dari poskamling. Sedangkan untuk penerangan di malam hari, Solehudin menumpang ke listrik tetangga.
Sebenarnya ada rumah keluarga almarhum istri, namun sudah ditempati oleh saudara dari almarhum istri. Mau tinggal bersama dengan bapak tidak memungkinkan, karena bapak dari Solehudin saat ini tinggal di rumah istri. “Rumah keluarga almarhum ada hanya saja sudah ada yang nempati. Bapak saya masih ada di sekitar sini, tinggal di rumah istrinya. Anak-anak kadang main ke sana, hanya saja tidak enak diri kalau tinggal di sana. Rumahnya juga kecil dan sederhana,” pungkas Solehudin.
Mendapat Perhatian Pemerintah
Kisah perjalanan hidup Solehudin yang harus tinggal di poskamling akhirnya viral di media sosial, setelah akun bernama Choirul Anwar mengunggahnya ke sebuah grup facebook Info Warga Jember Official.
Muspika Patrang hingga Dinas Sosial Kabupaten Jember langsung merespon. Kapolsek Patrang, Camat Patrang, Koramil dan Kepala Dinas Sosial Jember, dan Komisi C DPRD Jember langsung menemui Solehudin.
Melihat kedatangan Muspika Patrang, Solehudin terlihat sibuk mengangkat barang-barang lusuh yang mobil yang disiapkan. Kapolsek Patrang AKP Heri Supadmo juga terlihat membantu mengangkat barang-barang Solehudin ke mobil.
Begitu pula dengan warga setempat, ada beberapa warga yang juga membantu dan turut senang Solehudin mendapat perhatian dari pemerintah. "Selama berada di pos kamling selama hampir satu tahun hubungan Solehudin dengan tetanggan cukup baik. Biasanya ada juga warga yang memberi makan," kata Jumiyati warga setempat.
Solusi awal yang ditawarkan, Solehudin bersama dua putrinya sementara tinggal di Rumah Indah Sehat milik Gus Syaif. Setelah diantar ke sana ternyata urung mendiami tempat itu karena kedua putri Solehudin tidak kerasan. “Awalnya kami bawa ke RIS, namun karena anaknya tidak ada teman untuk bermain akhirnya menangis karena tidak betah,” kata Kepala Dinas Sosial Jember, Widi Prasetyo.
Kemudian dari hasil musyawarah disepakati mereka sementara tinggal di rumah warga yang terletak tidak jauh dari pos kamling tempat tinggal semula. Widi memastikan akan menjamin kebutuhan dasar yang bersangkutan minimal 20 sampai 30 hari kedepan. “ Kami juga menjamin kesehatan Solehudin dan kedua putrinya mulai bulan depan akan dimasukkan BPJS. Jangka panjangnya jangan sampai pendidikan dua putri Solehudin terlantar,” lanjut Widi.
Widi berjanji juga akan mencarikan lahan yang bisa dibangun, kemudian diusulkan untuk mendapat progam layak huni. Selama ini Solehudin dan kedua putrinya tidak terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial, sehingga yang bersangkutan tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. “Jadi harus masuk DTKS dulu baru kemudian mendapat bantuan,” pungkas Widi.
Advertisement