Hidup Betawi!
Terkadang catatan ringan menjadikan kita merenung. Renungan pun ringan, tapi sekaligus menjadikan wajah kita berkaca diri.
Sebagaimana catatan KH As'ad Said Ali, yang menorehkan harapan dan pujian pada masyarakat dari etnis Betawi, warga asli Jakarta yang pelahan tergusur dari hunian asli wilayah DKI Jakarta itu. (Redaksi)
JAKARTA, Jumat 1 September 2023, pukul 11.45. Menjelang shalat Jumat, jalan Thamrin sepi, lengang kendaraan karena warganya sedang menuju masjid atau sudah berada di dalam masjid untuk sholat Jumat.
Dalam perjalanan menuju masjid al-Taqwa di Jalan Sriwijaya setelah selesai periksa rutin di Jakarta Eye Center, ketika melewati Jalan HM Thamrin menjelang Jembatan Semanggi, saya memotret beberapa sudut Jakarta. Seperti jepreten camera ini terlihat betapa indahnya Jakarta - hijau, bersih, tertib, lengang sehingga udara bersih tidak polusi seperti pada jam sibuk.
Tidak terasa sudah 49 tahun hidup di Jakarta (Jabodetabek). Kota metropolitan tetapi suasana religius masih terasa sekali. Namun yang paling saya kagumi adalah warga Betawi asli “sangat toleran dan religuus". Orang Betawi berjiwa besar dan lapang dada... Tidak pernah mempersoalkan dari suku mana gubernurnya, walikota, RW atau RT. Bahkan, rumahnya digusur juga relatif lebih sabar, dibanding suku lain yang tinggal di Jakarta.
Sahabat akrab saya, asli Betawi, kakeknya awalnya tinggal di kampung Senayan tahun 1960 digusur untuk pembangunan kompleks olahraga Gelora Bung Karno (Asian Games) kemudian pindah ke Tebet (ketika itu masih kampung becek, rawa-rawa). Empat puluh tahun kemudian, banyak warga gusuran tersebut pindah lagi ke Cibinong karena Tebet dibangun hunian baru. Hebatnya orang Betawi tidak banyak protes terhadap keputusan pemerintah. Luar biasa, sangat besar jiwa toleransi orang Betawi. Tidak pernah terjadi tawuran antara penduduk Betawi dengan warga pendatang. Kecuali keributan kecil. Hidup Betawi.
Agustus yang Resah
Sepanjang bulan Agustus banyak teman-teman datang silaturahmi dan sebagian besar menyampaikan keluh kesahnya terutama tentang kehidupan ekonomi sehari-hari yang sulit. Belum lagi keluhan harus membayar iuran sekolah/kuliah. Saya ikut terbawa situasi muram seperti itu karena kondisi ekonomi-bisnis secara umum termasuk usaha keluarga memang sedang muram. Bahkan saya secara tidak sadar meneteskan air, ketika seorang teman dekat cerita tentang keluarganya yang harus dibawa ke rumah sakit, padahal kondisi keuangannya tipis. Kebetulan saya juga sedang “kering”. Tap siapa tega melihat teman dekat sedang ditimpa musibah. Semoga bulan September situasi ekonomi membaik. Ya Allah Ya Rabbii...
DR KH As'ad Said Ali
Mantan Wakil Kepala BIN, Pengamat sosial politik, Mustasyar PBNU periode 2022-2027, tinggal di Jakarta.