Hidden Agenda Obama saat Pulang Kampung
AMERIKA Serikat punya cara tersendiri dalam memberi penghomatan dan martabat kepada para warga negaranya. Untuk para mantan pejabat, mulai dari Presiden, Menteri, Duta Besar dan Gubernur, sekalipun sudah tidak menjabat, sebutan atas jabatan lama mereka, masih tetap melekat.
Barack Obama misalnya sekalipun sudah sejak 20 Januari 2017 tidak lagi menjabat Presiden, tetapi dia masih tetap dipanggil Tuan Presiden atau Mister President. Konsekwensi dari itu, Obama antara lain masih tetap mendapat pengawalan dari satu tim keamanan – semacam Paspampres. Pengaturan protokolnya pun masih ada sisa-sisa yang menetes dari protokal kepresidenan.
Henry Kissinger misalnya, walaupun sudah puluhan tahun tidak menjabat Menteri Luar Negeri atau Secretary of State namun dalam setiap kesempatan ataupun penulisan di media, masih tetap disapa sebagai Mister Secretary.
Dampak positif dari cara itu, membuat para mantan pejabat tinggi Amerika itu, memang tetap dihormati, tetap mendapat perlakuan sebagai orang terhomat dan orang penting yang perlu dihormati.
Obama atau Kissinger merupakan bagian dari individu-indvidu penting bangsa Amerika yang tetap dihormati. Penghormatan bukan hanya diberikan oleh masyarakat Amerika Serikat sendiri melainkan termasuk masyarakat luar atau internasional.
Ini pula yang ikut menyebabkan, mantan-mantan pejabat tinggi menjadi pelobi oleh pemerintah Amerika Serikat maupun perusahaan-perusahaan raksasa negara industri tersebut. Atau mereka mendirikan yayasan nirlaba – Foundation, yang tujuan sebenarnya tidak lain agar porto folio mereka sebagai VVIP, tetap lebih menyala.
Dalam hal lobi, Henry Kissinger misalnya sudah dikenal sebagai salah seorang pelobi Amerika yang berkelas tingkat tinggi dan terpandang. Dia punya tarif tersendiri jika ada lembaga yang mau memanfaatkan jaringannya.
Mencermati cara khas Amerika seperti ini, timbul pertanyaan apakah Barack Obama juga sudah atau sedang memulai pekerjaan lobi seperti Henry Kissinger?
Apa iyah liburan Obama beserta isteri dan dua anaknya ke Bali, Yogyakarta, Jawa Tengah, Jakarta merupakan murni acara pulang kampung?
Saya tidak berani berspekulasi. Namun ketertarikan mencermati agenda Obama di Indonesia, merebak setelah melihat foto-foto pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor.
Mereka terlihat begitu akrab dan seperti dua manusia yang memiliki chemistry yang saling bersenyawa.
Dari cara mereka duduk minum kopi sembari menikmati pemandangan alam di Istana Bogor, saya menduga, tidak mungkin kalau Obama dan Jokowi cuma bicara hal-hal yang remeh temeh.
Demikian pula melihat cara mereka berjalan kaki di sekitar Istana Bogor, saya koq mencium aroma baru – bahwa Obama dan Jokowi pasti bicara soal yang berkaitan dengan politik dan kekuasaan.
Frankly speaking, maaf pake bahasa Inggeris - menyaksikan Presiden Jokowi dan Presiden Obama berjalan-jalan sambil ngobrol, saya teringat akan apa yang dilakukan Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull saat menyambut Presiden Jokowi 27 Peberuari 2017 lalu di Sydney.
Untuk membahas masalah hubungan bilateral Australia – Indonesia dalam suasana yang lebih bersahabat, mereka tidak memilih duduk di dalam ruang tertutup. Melainkan melakukan jalan santai di sekitar kediaman resmi Perdana Menteri Australia – yang memiliki pemandangan dan estetika menarik.
Dan apa mungkin untuk waktu yang begitu berharga, baik bagi Presiden Jokowi maupun Presiden Obama, lantas hanya digunakan bicara-bicara soal masa kecil mereka berdua.
Bahwasanya topik pembicaraan itu tidak diumumkan atau sengaja tidak diungkap, tetapi rasanya agak janggal kalau Obama tidak sempat bertanya kepada Jokowi tentang apa persoalan yang dihadapinya sebagai Presiden RI.
Lantas agak tak masuk akal pula, kalau Jokowi juga tidak menjawab pertanyaannya secara menyeluruh.
Untuk tidak berpanjang-panjang, saya buat saja reka-rekaan boleh jadi Obama sendiri yang tertarik menawarkan bantuan kepada Jokowi. Dan bekas Walikota Solo ini, dengan cara halus, gaya Jawa lantas menerima tawaran itu dengan baik.
Bentuk tawaran itu bisa macam-macam atau tidak terbatas. Bisa soal Freeport, bagaimana Indonesia harus merespon kebijakan Presiden Donald Trump terhadap masalah Islam atau bisa juga soal Pemilu Presiden di Inonesia tahun 2019 yang kabarnya bakal meniru sistem Amerika.
Melihat foto-foto mereka berdua, rasanya, tidak mungkin jika melulu soal baso, makanan lokal yang lezat yang dibahas selama berada di Istana Bogor.
Mengapa saya cenderung menilai Obama yang pro aktif ?. Perkiraan saya, Obama lebih tak punya ganjalan menyampaikan tawaran tersebut. Apalagi sebagai tamu – dia merasa sudah diterima dengan baik selama berada di Indonesia. Jadi untuk basa-basinya Obama lah yang berinisiatif.
Bahwasanya klimaks dari kunjungan pulang kampung Obama berada di forum Diaspora, di Kota Kasablanka, Jakarta, itu mungkin formalitasnya saja. Agar kunjungan Obama tidak terlalu bersifat pribadi.
Pertanyaannya, efektif dan bermanfaatkah pertemuan Obama dengan Jokowi?
Yah gimana yah menjawabnya. Rasanya aneh, kalau pertanyaan saya sendiri lalu saya jawab sendiri.
Biarlah teman-teman yang membaca ini berpikir dan berolah kreasi, mencari jawabannya. Salam!
*) Derek Manangka adalah wartawan senior yang masih rajin menulis dan kini hidup di Jakarta.