Hidayat Nur Wahid Optimis Pemerintah Tunaikan Kewajiban COVID-19
Wakil Ketua MPR RI Dr Hidayat Nur Wahid optimistis pemerintah bisa menunaikan kewajiban sesuai amanat konstitusi dalam rangka mengatasi pandemi COVID-19 di Tanah Air.
"Peran pemerintah harus didukung peran optimal dari keluarga, dengan begitu tekad untuk mengatasi COVID-19 masih terbuka lebar," kata Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Sebab, lanjut dia, antara pemerintah dan keluarga terdapat solidaritas sosial. Hal itu tercermin dari sikap masyarakat di Tanah Air yang saling membantu satu sama lain dalam menghadapi pandemi COVID-19.
Berdasarkan laporan Charity Aid Foundation (CAF), World Giving Index Indonesia pada 2021 berada di peringkat pertama dunia dengan skor 69 persen.
Angka itu naik dari skor sebelumnya yakni 59 persen pada Indeks terakhir yang dikeluarkan pada 2018. Penelitian CAF juga menemukan bahwa delapan dari 10 orang Indonesia menyumbangkan uang pada 2021. Sementara, tingkat kerelawanan Indonesia tiga kali lipat lebih besar dari rata-rata dunia.
Menurut politisi PKS tersebut, hal itu menunjukkan Indonesia memiliki modal sosial besar yang dibutuhkan bersama-sama mengatasi COVID-19 dan keluar dari dampak buruk pandemi yang sudah melanda sejak awal 2020.
"Modal sosial berupa solidaritas ini perlu terus dikuatkan selain kewajiban dan tanggung jawab pemerintah," ujar dia.
Arahan keagamaan, peran kemasyarakatan dan kokohnya peran keluarga serta fungsi orang tua sebagai pengayom, guru dan teladan bagi anak-anaknya juga menjadi kunci penting dalam melawan COVID-19.
Wakil Ketua Majelis Syuro PKS tersebut mengatakan berdasarkan data Lapor COVID-19, hingga 30 Juli 2021 setidaknya 2.832 orang meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri.
Dari jumlah tersebut 2.500 kasus di antaranya terjadi selama Juli 2021. Tingginya angka kematian isolasi mandiri disebabkan sebagian pasien bergejala berat namun tidak mendapatkan pelayanan kesehatan akibat rumah sakit sudah penuh. Kemudian hal itu diperparah kelangkaan obat-obatan dan oksigen.
Advertisement