Buka Puasa Alternatif di "Jamaah Bintoroan" Suroboyo, Sana yuk
Makanlah Krisdayanti, dijamin tak ada yang marah. Raul Lemos sekali pun. Atau, carilah Mbok Nom. Tak ada yang menyoal juga, sekali pun itu istri Anda. Ah, masak sih?
Tanyalah Cak Mis kalau tak percaya! Atau tanyalah siapa saja yang pernah bersinggungan mesra dengan "Jamaah Bintoro-an" di Surabaya.
Uhuiii tak perlu penasaran. Samperilah Cak Mis ini. Terserah, bisa sembarang waktu. Biasanya jam 15.00 sore sudah buka. Tutupnya kalau dagangan sudah habis. Atau, kalau dia sudah capek cecuitan di antara para pelanggan warungnya.
Kalau ramadhan begini datanglah lebih awal. Kalau tidak bisa digoda Cak Mis dan bikin merah muka. Sebab warung sudah ludes, Anda baru datang. Cara menggodanya? Bisa bermacam. Dengan enteng dia bisa bilang begini: "Sombong, mentang-mentang gak poso teka e telat." Dan orang akan tertawa karena orang mengerti maksud di balik godaan bahasa Suroboyoan itu.
Orang satu ini, Cak Mis, sering dijuluki sebagai ikon warungan Suroboyo. Cara jualannya unik. Seunik orangnya sendiri. Suaranya cempreng. Orangnya kerempeng. Hanya saja sekarang agak gemukan seiring sukses warungnya yang mampu menarik sejuta pelanggan.
Sejuta pelanggan? Yes! Meski tak ada survei BPS sekalipun, kira-kira begitu adanya. Saking banyaknya orang yang datang dan pergi dari warungnya. Malah, dari generasi ke generasi. Tak sedikit "alumni" warung ini yang kemudian menyebutnya sebagai jamaah bintoro-an.
Warung ini benar-benar kaki lima. Persis lelucon, lima itu termasuk kakinya Cak Mis sendiri. Warungnya terletak di Jalan Bintoro, Surabaya. Tak jauh dari tikungan dan enggok-enggokan Jalan Darmo. Sejak lama. Rasanya sejak akhir tahun 80-an. Ketika estafet masih berada di bapaknya Cak Mis.
Era berubah. Suksesi terjadi. Warung akhirnya dalam genggaman Cak Mis. Sejak itulah kaki lima ini moncer. Ngetopnya bukan alang kepalang. Kadang, orang menyebutnya, warungan kaki lima ini penjualnya lucu bukan main. Makanan saja dikasih nama. Biar unik. Agar laku. Biar payu.
Jajanan adalah andalannya. Meski ada nasi bungkus juga. Disebutnya sembako. Bungkusnya daun pisang. Ada tiga jenis: tipe keringan, bali daging, bali telor. Tandanya hanya ada di biting. Biting itu lidi. Lidi pengunci bungkus daun pisang.
Soal nasi bungkus Cak Mis bilangnya tipe. Aihhh seperti perumahan saja. Tipe 21, 36, 54, atau yang istimewa. Kadang juga dibilang model. Lalu ada kata digondol mulih atau dimakan di tempat. Digondol mulih itu maksudnya nasi bungkus dibawa pulang. Tak lajim benar kata digondol ini, karena konotasinya lucu-lucu sedap. Hanya cocok digunakan untuk binatang.
Itulah Cak Mis. Tak ada orang marah dengan kata-kata nyleneh itu. Malah serasa dihibur. Oleh lelucon yang mendadak. Candaan yang terduga. Lucunya bisa mengalahkan stand up comedy mana pun.
Soal nasi bungkus saja sudah seru. Apalagi jajanannya yang jumlahnya puluhan jenis. Cak Mis benar-benar ibarat gula. Yang dirubung semut.
Display aneka jajanan di atas gerobak punya nama dan dinamai masing-masing. Namanya bisa sama sekali baru. Banyak yang tak lazim. Mungkin juga asal ambil nama. Pokoknya sesuai njeplaknya mulut Cak Mis.
Ada namanya jajanan kerisdayanti. Bukan Krisdayanti sang diva itu lho ya. Tapi karena Cak Mis menyusun katanya terlalu cepat. Asosiasi yang tertangkap pelanggannya seketika mengingatkan kepada sang diva yang sekarang di Timor Leste itu. Krisdayanti.
Padahal bentuknya seperti keris. Melanggak-lenggok. Tak ada yang mirip sama Krisdayanti blas. Secuil pun tidak.
Kerisdayanti dari usus ayam yang dibumbu rujak. Lalu disunduk memakai lidi. Lemudian menyerupai sate. Karena ususnya panjang itulah jadinya memang seperti lekuk keris.
Kalau jajanan yang sama sekali tidak seksi ini hanya dibilang keris, jelas kurang menarik perhatian. Apalagi laku. Maka melesetlah lidah Cak Mis, menjadi kerisdayanti. Nama serupa diva, tapi jelas tak sama.
Ada sederet lainnya. Tak kalah unik. Bikin orang terpingkal-pingkal. Ada kepala pusing, ini adalah gorengan kepala ayam. Hanya itu, tidak ada yang benar-benar pusing. Lalu, ati celeng. Ini adalah hati ayam yang diiris-iris lalu digoreng. Ada pula kuping. Bukan kuping yang telinga manusia lho ya. Tapi lemak sapi yang masih ada tulang mudanya.
Ada sikil. Sikil itu kaki. Kaki sapi persisnya. Ada cecek. Warnanya coklat karena dimasak kecap. Itu kulit sapi sebenarnya. Karena dimasak pakai kecap jadinya warnanya jelek. Maka disebutnya cecek elek. "Elek koyo aku," begitu kadang-kadang celetuk Cak Mis, dan bikin terbahak.
Sederet lainnya: cucak rowo, cakar maut, larangane Gus Dur (ini tak perlu dijelaskan, bahaya hahahaha, red), usus mbulet, tahu golkar, pakan doro, bantal dan aspal, seafood, udang di balik batu, kulit landak, dll. Hebatnya, Cak Mis hapal semua, berikut harganya, plus makan habis berapa. Matematikanya sangat oke. Karena pegang kalkulator.
Ada yang spektakuler dari semua nama jajanan itu. Adalah Mbok Nom. (Hehehehe silakan tertawa dulu, red). Cak Mis ini bukan main. Ada-ada saja!
Orang boleh tabu bicara mbok nom. Tapi Cak Mis tidak. Asyik saja. Tanpa dosa. Padahal, disampingnya ada istri yang selalu menjaganya di saat berjualan. Pura-puranya jadi kasir. Sum, Cak Mis memanggilnya. Esummmm kalau Cak Mis sedang menggodanya dihadapan para pelanggan.
Apa pasal? Mbok Nom itu sinonim dari istri muda. Sinonim bahasa jawa. Bagi istri yang bukan mbok nom, terlihat malu-malu kalau memesan yang ini. Bagi nona-nona yang belum berkeluarga akan segera terpingkal-pingkal begitu mengetahui artinya. "Kurang ajarrr," kata mereka.
Reaksi pelanggan yang berubah cepat itu membuat Cak Mis memiliki ruang untuk menggoda pembelinya. Menghidupkan warung. Menyegarkan suasana. Suasana yang hidup membuat orang lupa kalau sudah clemat-clemut habis makanan banyak. Triki yang cerdas bukan?
Mbok nom itu bukan istri muda, dalam tafsir yang nakal itu. Tak lain adalah minuman air sinom. Sinom hanya diambil penggalan katanya paling belakang. Nom saja. Si nya dibuang. Jadilah Mbok Nom itu. Menjadi minuman yang cetar membahana.
"Kalau hanya bilang sinom, siapa yang tertarik. Nanti dikira jamu malah repot. Sopo sing tuku mas," kata Cak Mis.
Ada juga selain Mbok Nom. Cak Mis menyebutnya STW. Aslinya ini kelanjutan dari sindiran soal istri muda ala Cak Mis. STW itu setengah tuwo. Paruh baya. Setengah umur. Karena terlalu panjang menyebutnya jadilah cukup STW. Tak lain adalah es teh.
Jangan khawatirkan soal harga. Dari sederet makanan dengan nama unik original itu tak ada yang mahal. Jajanan antara 2000 hingga 5000rupiah. Yang beda hanya mbok nom dan sembako yang ditandai tipe biting itu. Berapa? Mampir sajalah, biar sesekali digoda Cak Mis sebelum berbuka puasa. (alief sambogo/idi)