Hibahkan Mesin, Unej Percepat Produksi Turunan Kelor di Sumenep
Produk turunan daun kelor yang diproduksi masyarakat Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto, Sumenep, menembus pasar internasional. Permintaan terhadap daun kelor terus mengalami peningkatan.
Sementara kecepatan produksi yang dilakukan warga Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto, Sumenep masih belum maksimal. Masyarakat masih memanfaatkan sinar matahari untuk proses pengeringan daun kelor.
Atas kondisi tersebut, Fakultas Pertanian Universitas Jember memberikan alat berupa mesin pengering daun kelor, Minggu, 3 September 2023. Bantuan berupa mesin ini bukan yang pertama kali. Sebelumnya Fakultas Pertanian Universitas Jember juga menghibahkan alat penyuling daun kelor pada 22 Januari 2023.
Pengolahan daun kelor di Desa Pakandangan Sangra berada dalam pembinaan Kelompok Riset (KeRis) MORINDEV Innovation and Development of Moringa Grub Universitas Jember.
Anggota riset yang sekaligus dosen Fakultas Pertanian Unej, Djoko Soedjono mengatakan, sejauh ini warga hanya memanfaatkan sinar matahari untuk mengeringkan daun kelor. Ketergantungan terhadap sinar matahari itu pada akhirnya akan terkendala saat memasuki musim hujan.
Dengan adanya mesin pengeringan, para petani kelor dapat lebih cepat mengeringkan daun kelor. Selain mempercepat produksi, daun kelor yang dikeringkan menggunakan mesin lebih bersih, terbebas dari debu.
Mesin pengering tersebut dapat diatur suhunya. Jika diatur pada 60⁰C, maka proses pengeringan daun kelor membutuhkan waktu 4 jam. Para petani bisa memproduksi daun kelor kering sebanyak 8 kg per hari.
“Para petani dapat mengukur ritme produksi sesuai dengan kebutuhan mereka, dan yang terpenting dengan alat pengering ini produk turunan kelor lebih higienis untuk dikonsumsi," jelasnya.
Dalam proses serah terima mesin pengering itu pada Minggu, 3 September 2023 juga hadir Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember, Prof Soetriono. Dalam kesempatan itu ia menyampaikan Fakultas Pertanian Unej akan terus melakukan pendampingan terhadap para petani kelor di desa tersebut.
Ia berharap Desa Pakandangan, Kecamatan Bluto, Sumenep, bisa menjadi pusat riset produksi tanaman kelor dan turunannya di Pulau Madura. Karena itu, produk daun kelor dan turunannya yang diproduksi warga harus tetap terjaga kebersihan dan kadar nutrisinya.
Daun kelor yang dikeringkan langsung di bawah terik matahari kadar nutrisi dalam kelor berkurang. Berbeda dengan proses pengeringan menggunakan mesin.
"Saya berharap desa ini menjadi destinasi riset bagi para ilmuan yang membidanginya, dan menjadi destinasi edukasi masyarakat yang ada di Pulau Madura. Jika mau belajar tentang budidaya tanaman kelor ataupun produksi beserta turunannya dapat belajar langsung ke desa ini,” jelas Soetriono.
Sementara itu, Ahmad Nurdi, Ketua Kelompok Tani Desa Pakandangan Sangra, Kecamatan Bluto, mengatakan, sangat terbantu dengan adanya mesin pengering daun kelor. Sebab, selama ini petani kesulitan memproduksi produk turunan daun kelor karena terkendala cuaca.
"Alat ini sangat bermanfaat sekali, apalagi kalau musim hujan. Padahal permintaan produk-produk turunan kelor ini harus tetap di penuh,” kata Nurdi.
Petani Kelor Desa Pakandangan terbiasa memproduksi produk turunan daun kelor, seperti mie kelor, kerupuk kelor, emping dan rengginang kelor. Semua produk tersebut menjadi oleh-oleh khas Pulau Madura.
Lebih jauh Nurdi mengatakan, permintaan kelor di pasar internasional saat ini masih cukup tinggi. Sementara ini negara yang mampu memenuhi 30 persen permintaan pasar dunia adalah Indonesia dan India. Sehingga potensi daun kelor pada masa yang akan datang masih cukup tinggi dan terbuka luas.
Nurdi berharap, para petani kelor di Desa Pakandangan pada saatnya nanti juga bisa melakukan inovasi. Salah satunya dengan membuat alat pengeringan kelor.
“Saya juga berharap petani dan pengusaha kelor di sini bisa meniru inovasi membuat alat pengeringan kelor ini. Karena dengan dioven hasilnya akan lebih steril karena aman dari debu,” pungkasnya.