Helen dan Luther, Dua Badak Jawa Penghuni Baru Ujung Kulon
Sepasang badak jawa lahir di Taman Nasional Ujung Kulon. Kelahiran spesies bernama ilmiah Rhinoceros sondaicus itu menjadi salah satu bukti jika kondisi habitat badak jakwa di TNUK masih baik.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Wiratno, lewat keterangan tertulisnya mengatakan jika tahun lalu, di tempat yang sama, telah lahir empat ekor badak jawa. “Kelahiran badak jawa di TN Ujung Kulon tersebut juga mempertegas bahwa populasi Badak Jawa terus mengalami perkembangbiakan alami dengan baik, sehingga terus memberi harapan besar bagi kelangsungan hidup satwa langka spesies badak jawa,” katanya.
Sepasang anak badak itu bernama Luther untuk yang jantan dan Helen untuk badak betina. Dua nama diberikan oleh Menteri LHK Siti Nurbaya. Kelahiran dua ekor badak ini diketahui dari hasil monitoring tim Balai Taman Nasional Ujung Kulon sejak Maret hingga Agustus 2020, dengan menggunakan 93 video kamera jebak.
Hingga Agustus tahun ini, jumlah kumulatif badak jawa berdasarkan data terakhir KLHK, mencapai 74 individu, masing-masing 40 jantan dan 34 betina, dengan komposisi umur terdiri dari 15 ekor anak dan 59 merupakan klaster usia remaja-dewasa.
Wiratno juga memastikan perihal ketersediaan pakan spesies terancam punah itu di semenanjung Ujung Kulon masih relatif sangat baik, sehingga menjadi daya dukung kehidupan dan perilaku badak jawa pada saat ini dan masa yang akan datang.
Menurutnya, monitoring lapangan terus dilakukan di antaranya melalui video kamera jebak. Kegiatan monitoring dan pengamanan penuh terus dilakukan hingga akhir Desember 2020. “Pengambilan data dan observasi habitat terus dilakukan. Pandemi ini tidak menghentikan kegiatan lapangan KLHK khususnya petugas konservasi di TN Ujung Kulon dan taman nasional lainnya di Indonesia,” kata Wiratno.
Menurut dia, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya memerintahkan patroli dan kegiatan perlindungan kawasan konservasi termasuk terhadap satwa liar tetap dilaksanakan di masa pandemi Covid-19.
“Dari satu kelahiran ke kelahiran selanjutnya dari badak jawa ini terus menyambung, dan ini memperkuat optimisme serta semangat kami, terutama dalam situasi sangat sulit masa pandemi sekarang ini. Ini salah satu pesan substansial dari Menteri LHK,” ujar Wiratno.
Pada pertemuan virtual menteri-menteri lingkungan hidup negara anggota G20 pada Rabu, 16 September 2020, Menteri LHK Siti Nurbaya menegaskan jika Indonesia mengalokasikan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tidak kurang dari Rp4 triliun untuk rehabilitasi lahan dan konservasi.
Termasuk untuk kegiatan konservasi di taman nasional di antaranya TNUK yang merupakan rumah bagi badak bercula satu yang terus berkembang jumlah populasinya. (Ant)