Heboh tentang Usulan Kenaikan Beberapa Jenis Pajak
Usulan Pemerintah tentang Kenaikan Beberapa Jenis Pajak (PPN sembako, kesehatan, pendidikan) menimbulkan reaksi luas di masyarakat. Padahal belum dibicarakan di DPR, baru sebatas draft usulan. Ada baiknya kita lihat secara jernih pokok masalahnya.
Saya pikir rakyat tidak keberatan atas rencana kenaikan pajak kalau itu demi kepentingan pembangunan bangsa dan negara.
Masalahnya, kalau sudah menyentuh hajat hidup rakyat kecil (marjinal) maka perlu kehati-hatian. Pengalaman pada era kolonial menjadi pelajaran, timbulnya perlawanan rakyat secara heroik misalnya perlawanan rakyat Banten, demikian pula kehadiran tokoh Syech Nawawi Al-Bantani.
Suara Rakyat Marjinal
Rencana pajak sembako, yang terkait dengan kehidupan petani dan nelayan secara langsung memerlukan pemikiran yang benar-benar matang. Karena, termasuk wilayah yang sensitif. Mungkin yang disasar adalah para pedagang dan petani besar, tetapi kalau hal itu berpengaruh terhadap beban beaya hidup dan kesejahteraan petani dan nelayan kecil, maka disitulah “masalahnya”.
Industri kesehatan berkembang cukup maju sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan, jadi logis pajak ditangani lebih serius. Lagi lagi isunya menjadi sensitip kalau menyentuh kesehatan masyarakat kurang mampu. Memang sudah ada BPJS yang meringankan rakyat jelata, tetapi pelayanannya masih diskriminatif. Belum lagi kalau kita bicara soal harga obat obatan yang relatif lebih tinggi dibanding dengan negara tetangga yang konon disebabkan oleh ulah mafia kesehatan.
Pajak Pendidikan
Demikian juga pajak pendidikan wajar diberlakukan, karena juga sudah menjadi industri. Tetapi harus dilakukan secara selektif dan diberlakukan terutama untuk perguruan tinggi dan dalam lingkup terbatas di lingkungan pendidikan menengah yang berstandar internasional.
Sekali lagi, pengenaan pajak dunia pendidikan ini juga jangan sampai menjadi penghalang terhadap peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) misalnya menjadi kendala untuk memasuki Universitas Ternama.
DR KH As'ad Said Ali
Pengalamt Sosial Politik, tinggal di Jakarta.