HDI, Aktivis Jember Tagih Big Data Penyandang Disabilitas
Peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) di Kabupaten Jember digelar dengan meriah. Berbagai kegiatan positif mula pelatihan hingga untuk prestasi turut mewarnai peringatan HDI tahun 2022 di Kabupaten Jember.
Dalam acara malam perdana yang digelar di Gedung Juang Politeknik Jember, Sabtu, 3 Desember 2022 malam, digelar dengan berbagai kegiatan. Mulai dari pelatihan sehat vegetarian dan minuman herbal.
Kemudian juga ada kegiatan pelatihan membuat batik, pelatihan mengolah makanan laut berupa sarden. Dalam kegiatan tersebut, juga diselenggarakan pameran atau bazar produk UMKM yang melibatkan penyandang disabilitas.
Termasuk juga di antaranya layanan pemeriksaan kesehatan dan psikologi dari Dinas Kesehatan. Kemudian juga ada layanan pijat dengan tenaga penyandang disabilitas.
Tidak cukup sampai di situ, acara malam pertama peringatan HDI 2022 juga dimeriahkan dengan pagelaran seni dan budaya. Beberapa penyandang disabilitas berkolaborasi dengan komunitas music Lingkar Kreatif Independen (Linkrafin).
Beberapa penyandang disabilitas juga berhasil memukau para tamu undangan termasuk Forkopimda Kabupaten Jember, dengan tarian tradisional.
Acara peringatan HDI 2022 Jember akan dilanjutkan dengan agenda pelatihan-pelatihannya lainnya, mulai dari pelatihan SIM D bersama Satlantas Polres Jember, yang akan digelar pada tanggal 6 Desember 2022.
Kemudian dilanjutkan dengan acara sunat massal khusus anak penyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus, bekerja sama dengan Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas Jember, pada tanggal 10 Desember 2022.
Peringatan HDI 2022 Jember nanti akan ditutup dengan penayangan film karya penyandang disabilitas berjudul Dua Berlian. Film tersebut akan ditayangkan di Lippo Plaza Jember pada tanggal 15 Desember 2022 mendatang.
Aktivis Difabel Tagih Data
Meskipun Pemkab Jember jadi yang pertama memiliki Perda Disabilitas di Jawa Timur, ternyata hingga saat ini belum ada big data terkait jumlah penyandang disabilitas. Hal itu disampaikan oleh aktivis difabel, Kusbandono.
Pria yang sekaligus menjadi Ketua Komite Paralimpiade Nasional Indonesia (NPCI) Jember itu mengatakan, pihaknya sudah mengawali pendataan data penyandang disabilitas di Kabupaten Jember sejak tahun 2001.
Kusbandono mencatat, ada 35 komunitas penyandang disabilitas di Kabupaten Jember. Jika dipersentase dengan jumlah penduduk di Kabupaten Jember, penyandang disabilitas mencapai 15 persen.
“15 persen penduduk di Kabupaten Jember merupakan penyandang disabilitas. Kalau ingin berbicara politik silakan dihitung sendiri,” kata Kusbandono.
Namun sayang, hingga saat ini belum ada big data terkait jumlah pasti penyandang disabilitas di Kabupaten Jember.
Karena itu, Kusbandono berharap Dinas Sosial berkolaborasi dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jember untuk memutakhirkan data difabel di Kabupaten Jember.
“Big data penyandang disabilitas sangat penting sebagai acuan kebijakan. Tanpa data kita sama saja omong kosong,” tambah Kusbandono.
Selain persoalan data, Kusbandono juga menyinggung pentingnya sinergi antar OPD di Kabupaten Jember, dalam menciptakan layanan ramah difabel. Sebab, tugas menciptakan layanan ramah difabel bukan hanya menjadi tugas Dinas Sosial, tetapi menjadi tugas seluruh OPD yang ada.
Lebih jauh Kusbandono juga berharap pemerintah meninggalkan ego sektoral dalam penanganan penyandang disabilitas. Kusbando melihat masih ada dua camat yang masih enggan mendampingi penyandang disabilitas untuk hadir dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional.
“Ego sektoral masih menyelimuti Kabupaten Jember. Buktinya masih ada dua camat diminta mendampingi warganya dari penyandang disabilitas, sulitnya minta ampun,” pungkas Kusbandono.
Sementara Bupati Jember Hendy Siswanto meminta seluruh elemen dapat bersinergi mewujudkan Kabupaten Jember inklusi. Dengan selalu berkolaborasi, bersinergi, dan melakukan akselerasi.
Kendati demikian, Hendy mengakui upaya menciptakan layanan ramah difabel masih ada nilai lebih dan kurang. Karena itu, Hendy meminta seluruh elemen meninggalkan atau bahkan menghilangkan ego sektoral.
Terkait big data penyandang disabilitas, Hendy meminta Dispenduk bekerjasama dengan camat dan kepala desa, mendata ulang penduduk penyandang disabilitas.
“Berapa jumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Jember datanya harus diketahui. Data harus lengkap untuk dijadikan dasar dalam menentukan arah kebijakan,” kata Hendy.
Lebih jauh Hendy mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada pihak yang terlibat dalam peringatan Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2022 di Kabupaten Jember. Hendy meminta peringatan HDI akan diselenggarakan setiap tahun di Kabupaten Jember.
“Kita laksanakan peringatan HDI setiap tahun di Kabupaten Jember, dengan kegiatan yang lebih baik lagi. Saya harap lebih terbuka. Semua masyarakat dilibatkan, sehingga tidak ada sekat dan tidak ada lagi istilah berkebutuhan khusus, karena semua sama,” pungkas Hendy.
Sementara Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Jember Isnaini Dwi Susanti mengatakan, pendataan jumlah penyandang disabilitas tidak bisa serta merta diambil dari kata kependudukan. Sebab, masih perlu mencocokkan data dengan Dinas Sosial.
Terlebih, data yang ada di Dispenduk sesuai aturan juga tidak bisa diberikan kepada orang lain. Seharusnya, proses pendataan dimulai dari unit pemerintah terkecil mulai RT dan RW.
“Data penyandang disabilitas RT dan WR kan punya. Data itu bisa dipakai, bahkan data itu lebih valid lagi,” kata Susanti.
Meskipun Dispenduk memiliki data kependudukan, Susanti belum berani menyampaikan ke publik. Sebab, dikhawatirkan data yang ada di Dispenduk tidak sinkron dengan data yang ada di Dinas Sosial.
Karena itu, dalam pemenuhan big data penyandang disabilitas perlu adanya kolaborasi antara Dispenduk, Dinas Sosial, Kepala Dinas Pendidikan, dan Kepala Desa. Termasuk juga dengan berkolaborasi dengan komunitas-komunitas penyandang disabilitas.
“Semua elemen itu kan ada datanya. Seperti Dispendik punya data soal Siswa Luas Biasa (SLB), dan juga komunitas-komunitas. Data itu tinggal diverifikasi dan dijadikan satu,” pungkas Susanti.
Advertisement