Hawa Nafsu dan Tragedi Kemanusiaan
Kasus yang menimpa Kadiv Propam Irjen Ferdi Sambo merupakan tragedi kemanusiaan yang dapat menimpa siapa saja. Jabatan strategis, pangkat tinggi, kekuasaan besar dan limpahan materi menjadi seseorang lepas kendali. Nafsu mengalahkan akal sehat sehingga tidak bisa memilah mana yang benar dan mana yang salah serta melupakan unsur risiko.
Seseorang bisa tergelincir seperti yang dialami oleh eks-Kadiv Propam, manakala pikiran/otak tidak bisa mengendalikan hati tempat bersemayamnya hawa-nafsu. Dua rangkaian kata tsb berasal dari bahasa Arab. Hawa berarti kekuatan emosi, hasrat, keinginan intens, sedangkan “nafsu" berarti diri/pribadi seseorang.
Hawa nafsu bisa bermakna positip kalau dikendalikan oleh akal sehat. Misalnya nafsu seks disalurkan dengan melalui perkawinan sesuai dengan ajaran agama dan selaras dengan budaya serta kesehatan. Sebaliknya seks dengan melacurkan diri bertentangan dengan akal sehat, karena tidak sesuai dengan harkat-martabat manusia (menyerupai kehidupan binatang) dan madlaratnya lebih besar dari manfaatnya yang hanya sekejap.
Dalam ajaran agama, peranan akal pikiran sangat dominan dalam mengendalikan hawa nafsu seperti tertulis dalam Surat Al-Jjasiyah ayat 13. (Bismillah. Dan Dia menundukkan apa yang di langit dan di bumi untukmu semuanya sebagai rahmat Nya. Sungguh dalam hal yang demikian itu benar benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.
Nafsu yang selalu menggoda
Bagi seorang pejabat, selain wanita cantik, korupsi merupakan nafsu yang selalu menggoda. Persoalannya, apakah pak pejabat tetap menggunakan akal sehatnya atau terbawa oleh nafsu jahat untuk mengambil harta milik publik. Hidup qana’ah atau hidup sesuai kemampuan wajar adalah jawabannya dan hal itu sesuai dengan nalar-pikiran yang logis.
Godaan hawa nafsu merupakan fenomena tersendiri dalam dunia politik. Ada pepatah, “politik menghalalkan segala cara”.
Pepatah tersebut menyasar ke keranah institusi legislatif dan eksekutif. Suara dan kursi kekuasaan bisa diperoleh jika tersedia cukup dana. Pepatah Barat juga mengatakan “politic is the authoritative allocation of values", terjemahan bebasnya berbunyi “politik adalah pembagian rezeki yang sah “.
Di dunia keamanan khususnya kepolisian, godaan hawa nafsu tidak kalah besarnya khususnya di zone abu-abu, sehingga Polri memerlukan mentalitas yang lebih kuat. Saya senang, tahun-tahun terakhir ini Kitab Kuning masuk Polri. Tetapi pembenahan Polri memerlukan usaha lebih maksimal, mulai dari mentalitas perwira dan menjadikan kasus Irjen FB sebagai momentum.
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat Sosial-Politik, Tinggal di Jakarta.