Hati Jadi Tolok Ukur Baik dan Buruk Seseorang
Al-Qalbu atau yang lebih kita kenal dengan istilah hati, merupakan penguasa bagi segenap mahluk yang bernama manusia. Anggota tubuh kita hanyalah sebagai pengikut, pelayan dan alat yang dipekerjakan oleh hati.
Demikian Ustadz Ilham Zubair Nawawi mengawali tausiyahnya. Terkait dengan kebeningat hati, kejernihan akal budi. Berikut penjelasan lengkapnya:
Alhasil, baik tidaknya peringai seseorang, itu tergantung eksistensi hatinya. Lantas bagaimana caranya supaya hati ini bisa menjadi penguasa yang baik dan bijak bagi diri kita, sehingga juga akan berdampak maslahah pada seluruh komponen anggota badan kita?
Salah satu faktor supaya hati menjadi baik adalah, berusaha maksimal secara bartahap, pelan tapi pasti untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kita kpd Allah swt. Sehingga akan muncul suatu energi positif yang mampu menghubungkan hati dengan Allah swt.
Adapun karekteristik seseorang bisa dikategorikan takwa (takut) kepada Allah, menurut Imam al-Laits as-Samarqandi, pada kepribadian orang tersebut terdapat tujuh indikasi.
Yang pertama adalah: Orang yang takut kpd Allah senantiasa mengendalikan lidahnya. Ia mencegah dari berbohong, menggunjing, mengadu domba, memfitnah, membual dan mengobral janji yang tidak pernah ditepati.
Ia berusaha maksimal untuk mengekang lidahnya agar tidak sibuk terhadap perbuatan tercela, namun disisi lain ia berusaha mendorong lidahnya untuk bertutur baik serta berdzikir kepada Allah swt.
"Yang pertama adalah: Orang yang takut kpd Allah senantiasa mengendalikan lidahnya. Ia mencegah dari berbohong, menggunjing, mengadu domba, memfitnah, membual dan mengobral janji yang tidak pernah ditepati."
Indikator Bertakwa
Mengendalikan lidah dan mencegahnya dr berbohong, menggunjing, mengadu domba memfitnah, dan lain sebagainya, serta mendorongnya untuk bertutur baik dan berdzikir kpd Allah, merupakan indikator pertama bagi orang yang takut kepada Allah, menurut Imam al-Laits as-Samarqandi.
Adapun indikator yang kedua adalah: Orang yang takut kepada Allah selalu menjaga hatinya dari sifat permusuhan terhadap sesama, sombong, bohong, dengki dan segala hal yang buruk.Karena ia menyadari bahwa kedengkian itu merusak amal kebaikan yang telah dikerjakan.
Dengki itu termasuk penyakit hati yang dapat membutakan mata hati. Ia sulit disembuhkan kecuali dengan ilmu dan amal. Itu pun harus dilakukan dengan tekad yang kuat dan bersungguh-sungguh.
Wallahu a'lam bisshawab.
اللهم اعناعلى ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
اللهم صل على سيدنامحمد
(adi)
Advertisement