Hati-hati! Pola Hidup Tidak Sehat Dapat Memicu Henti Jantung
Putri artis lawas, Nurul Arifin, meninggal akibat henti jantung pada 25 Januari 2022, pukul 05.37. Hal tersebut disampaikan di instagram pribadinya, dan banyak mendapat ucapan bela sungkawa.
Henti jantung disebabkan karena gangguan irama jantung yang membuat vetrikel jantung hanya bergetar saja. Inilah ulasan yang dirangkum Ngopibareng.id mengenai penyebab dan cara mencegahnya.
Definisi henti jantung
Henti jantung mendadak atau sudden cardiac arrest adalah kondisi ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba. Kondisi ini dapat ditandai dengan hilangnya kesadaran dan napas yang berhenti.
Kondisi ini terjadi karena gangguan listrik di jantung, yang mengakibatkan pompa jantung terhenti. Akibatnya, aliran darah ke seluruh tubuh juga terhenti. Selain itu, kondisi henti jantung mendadak dapat mengakibatkan kerusakan otak permanen hingga kematian. Jadi, kondisi ini perlu ditangani secepatnya. Pertolongan segera berupa CPR dan kejut jantung dapat membantu mencegah akibat tersebut.
Penyebab henti jantung
Berikut beberapa penyebab dari henti jantung.
1. Penyakit arteri koroner
Sebagian besar penyebab henti jantung mendadak adalah penyakit arteri koroner yang berawal dari aterosklerosis. Kondisi ini terjadi akibat arteri koroner mengalami penyumbatan oleh kolesterol atau endapan kalsium, yang dapat mengganggu aliran darah ke jantung.
2. Serangan jantung
Serangan jantung dapat menimbulkan jaringan parut pada jantung yang dapat memperpendek arus listrik, juga memicu kelainan irama jantung yang akhirnya menyebabkan henti jantung.
3. Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah kondisi pembesaran jantung, tepatnya di bagian otot jantung karena peregangan atau penebalan. Kemudian, otot jantung yang tidak normal ini melemah, menyebabkan denyut jantung tidak beraturan dan memicu cardiac arrest.
4. Penyakit jantung bawaan
Jantung berhenti mendadak bisa terjadi pada anak-anak yang lahir dengan penyakit jantung bawaan. Walaupun mereka telah menjalani operasi korektif untuk mengatasi kelainan pada jantung ini, risiko mengalami henti jantung tetap ada.
5. Penyakit keturunan
Penyakit keturunan seperti long QT syndrome (LQTS) merupakan salah satu penyebab henti jantung. Sindrom ini menyebabkan kelainan aktivitas kelistrikan di jantung karena pori-pori kecil di permukaan sel otot jantung.
Orang dengan kondisi ini rentan mengalami aritmia dan membuat anak-anak berisiko tinggi mengalami cardiac arrest.
6. Penyakit katup jantung
Penyakit katup jantung juga menjadi penyebab henti jantung. Kondisi ini menandakan adanya kebocoran atau penyempitan pada katup sehingga otot jantung meregang dan menebal. Sewaktu-waktu, katup yang bocor ini bisa menyebabkan aritmia dan membuat jantung berhenti berdetak.
7. Penyakit jantung iskemik
Penyakit jantung iskemik terjadi karena adanya plak di arteri koroner sehingga mengurangi aliran darah kaya oksigen ke otot jantung. Kondisi ini bisa membuat plak pecah, memicu gumpalan darah, serangan jantung, sekaligus henti jantung.
Dan sebagian besar kasus cardiac arrest pada orang dewasa adalah berawal dari penyakit jantung iskemik.
8. Stres Fisik
Jenis stres fisik tertentu dapat menyebabkan sistem kelistrikan jantung gagal hingga menyebabkan henti jantung. Contohnya aktifitas fisik yang intens.
Hormon adrenalin yang dilepaskan selama aktivitas fisik dapat memicu henti jantung pada orang yang memiliki masalah jantung. Selain itu, kadar kalium atau magnesium dalam darah yang sangat rendah juga dapat memicu henti jantung, kandungan mineral juga berperan penting dalam sinyal listrik jantung.
Faktor risiko henti jantung
Selain karena penyakit seputar organ jantung, ada pula risiko yang dapat memicu terjadinya henti jantung, seperti:
1. Usia yang semakin lanjut
Kondisi ini cenderung lebih mudah terjadi pada orang-orang berusia lanjut, di antara 45 hingga 75 tahun. Ini karena seiring waktu kesehatan jantung dan fungsinya akan menurun.
2. Pernah mengalami serangan jantung
Sebanyak 75% kasus sudden cardiac arrest berhubungan dengan terjadinya serangan jantung. Risiko seseorang mengalami henti jantung lebih tinggi setelah 6 bulan mengalami serangan jantung.
3. Riwayat penyakit arteri koroner
Sebanyak 80% kasus jantung mendadak berhenti juga dikaitkan dengan penyakit ini.
4. Pernah mengalami henti jantung sebelumnya
Seseorang yang pernah mengalami kondisi ini sebelumnya, terlebih jika terjadi beberapa kali, ada kemungkinan akan mengalaminya lagi di lain waktu.
5. Memiliki anggota keluarga dengan riwayat cardiac arrest
Keluarga yang pernah memiliki riwayat henti jantung, berpeluang mengalami kondisi ini lebih besar. Selain itu keluarga dengan kelainan ritme jantung, termasuk sindrom Long QT, atau sindrom Wolff-Parkinson-White, juga berisiko mengalami kondisi ini lebih tinggi.
6. Riwayat kardiomiopati
Kardiomiopati atau pelebaran jantung berhubungan dengan 10% kasus henti jantung. Oleh karena itu, orang-orang dengan penyakit ini juga memiliki peluang lebih besar dibanding orang dengan jantung yang normal.
7. Obesitas
Kelebihan berat badan atau obesitas terbukti berhubungan dengan berbagai masalah kesehatan, terutama jantung, dan berpeluang besar untuk menderita kondisi ini.
8. Penderita diabetes
Diabetes juga terbukti memengaruhi kesehatan organ-organ vital dalam tubuh, termasuk jantung.
9. Konsumsi obat-obatan terlarang
Seseorang yang mengonsumsi obat-obatan terlarang juga berpotensi mengalami henti jantung,seperti kokain dan amfetamin.
Komplikasi pada kondisi henti jantung
Komplikasi dari cardiac arrest yang umum terjadi adalah kerusakan otak dan kematian. Berdasarkan studi yang dilakukan Louisiana State University Health Sciences Center cardiac arrest adalah penyebab umum dari kerusakan otak, karena henti jantung mendadak membuat sel-sel otak kekurangan oksigen. Akibatnya, sel-sel tersebut akan mati. Beberapa sel-sel otak yang masih dapat bertahan akan mengalami disfungsi sensorik jangka panjang din korteks cerebral.
Korteks cerebral adalah bagian otak yang menerima input sensorik, seperti penglihatan, pendengaran, sentuhan, dan terlibat dalam fungsi yang lebih kompleks seperti menyimpan memori dan bahasa serta mengatur emosi. Adanya kerusakan otak akibat cardiac arrest akan memengaruhi fungsi otak tersebut.
Gejala henti jantung
Kondisi henti jantung biasa ditandai dengan beberapa gejala umum, yang meliputi:
1. Tiba-tiba tubuh ambruk.
2. Tidak ada denyut nadi.
3. Tidak bernapas.
4. Hilang kesadaran.
Sedangkan pada beberapa kasus sebelum terjadinya cardiac arrest, penderitanya akan merasakan gejala.
•Rasa tidak nyaman pada dada (angina).
•Sesak napas.
•Palpitasi jantung (sensasi jantung berdegup kencang).
•Tubuh kelemahan.
Cara mengatasi henti jantung
Saat menghadapi situasi atau mengalami gejala henti jantung , segeralah menguhubungi bantuan medis darurat sebelum memulai Cardiopulmonary Resuscitation atau resusitasi jantung paru yang biasa dikenal dengan sebutan CPR.
Selanjutnya, periksa pernapasan penderita dengan cepat. Jika orang tersebut tidak bernapas secara normal, mulailah CPR. Dorong dengan keras dan cepat di dada orang tersebut dengan kecepatan 100 hingga 120 kompresi per menit.
Jika telah dilatih dalam CPR, periksa jalan napas orang tersebut dan berikan napas bantuan setelah setiap 30 kompresi. Jika belum terlatih, lanjutkan kompresi dada. Biarkan dada naik sepenuhnya di antara kompresi, sampai defibrilator portabel tersedia atau pekerja darurat tiba.
Cara mencegah terjadinya henti jantung
Kondisi henti jantung dapat dicegah dengan cara berikut.
1. Perbanyak konsumsi serat
2. Hindari makanan berlemak. Bila hendak mengonsumsi makanan hewani, pilihlah yang proteinnya tinggi seperti ikan dan ayam tanpa kulit.
3. Lakukan aktivitas fisik seperti jogging, jalan cepat, berenang, atau bersepeda sebanyak 5 kali seminggu dengan durasi 30 menit.
4. Hindari rokok dan paparan asap rokok.
5. Turunkan berat badan bila mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
6. Bila mengalami hipertensi, diabetes, atau kolesterol tinggi, diskusikan pengobatannya dengan dokter, agar tekanan darah, gula darah, dan kadar kolesterol terkontrol dengan baik.