Hasil Uji Petik, KSOP Temukan Kekurangan Kategori Minor
Uji petik yang dilakukan marine inspector Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjungwangi sudah memasuki tahap akhir. Hasil uji petik terhadap 56 kapal penyeberangan yang beroperasi di Selat Bali, dianggap cukup baik. Tidak ada temuan berarti atas kelengkapan keselamatan kapal.
“Hasil uji petik secara umum hasilnya bagus. Saat ini menyisakan beberapa kapal saja yang belum dilakukan uji petik,” kata Kepala KSOP Banyuwangi, Letkol Marinir Agus Winartono melalui Kepala Wilker Ketapang, Widodo Minggu, 15 Desember 2019.
Widodo menjelaskan, temuan yang didapatkan pada saat pelaksanaan uji petik hanya kekurangan yang kategori minor-minor saja. Dia mencontohkan life jacket yang baterainya sudah lemah atau mati. Karena life jacket masih dalam kondisi bagus jadi hanya baterainya saja yang diganti. Operator kapal langsung diminta mengganti dengan baterai yang baru.
Ada juga temuan spliter air pemadam kebakaran yang fungsinya kurang maksimal. Alat ini pun segera diminta untuk diperbaiki atau diganti agar kembali berfungsi secara normal. Untuk alat keselamatan yang kategori mayor, menurut Widodo, semua sudah terpenuhi.
“Hasil pemeriksaan pertama seandainya ada temuan, pada pemeriksaan berikutnya kita lihat juga sudah ada pemenuhan adanya kekurangan tadi. Saat ini dalam proses pemenuhan kalau ada temuan. Deadline-nya sampai tanggal 20 Desember 2019 harus dipenuhi,” jelasnya.
Dalam pelaksanaan uji petik ini KSOP Tanjungwangi membentuk enam regu untuk melakukan uji petik pada 56 kapal penyeberangan yang beroperasi di Selat Bali. Satu regu menurut Widodo ada yang mendapatkan tugas pemeriksaan pada delapan kapal. Namun, ada juga yang kebagian sembilan kapal.
Widodo menambahkan, selain melakukan uji petik, KSOP Tanjungwangi juga selalu mengimbau operator kapal penyeberangan untuk melakukan latihan tanggap darurat. Menurutnya latihan tanggap darurat ini penting dilakukan agar setiap awak kapal sudah tahu apa yang harus dilakukan saat terjadi kondisi darurat.
“Kita selalu mengimbau kepada operator kapal untuk latihan tanggap darurat. Harus sering dilakukan. Paling tidak tiga bulan sekali. Mungkin ada yang tercebur di laut atau apa. Itu penanganannya bagaimana. Nahkoda harus tahu apa yang dilakukan,” tegasnya.
Advertisement