Hasil Tesnya Banyak Positif, Pemkot Harus Perhatikan Warga Ampel
Pemkot Surabaya harus lebih memperhatikan masyarakat yang tinggal di wilayah Surabaya Utara, termasuk warga Kelurahan Ampel yang hasil rapid testnya diketahui banyak yang reaktif atau positif.
Anggota DPRD Kota Surabaya Camelia Habibah mengatakan, Surabaya Utara adalah wilayah yang padat penduduknya. "Selain itu, maaf, kedisplinan masyarakatnya saat menjalani PSBB juga rendah. Karena itu penyebaran COVID-19 di wilayah ini lebih cepat dibanding wilayah lain, sehingga Pemkot Surabaya harus memberi perhatian lebih terhadap wilayah ini," katanya.
Diberitakan kemarin, di Kampung Nyamplungan gang 4 yang masuk wilayah RW 7 Kelurahan Ampel Kecamatan Semampir, hari Rabu lalu dilakukan rapid test oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya. Hasilnya amat mengejutkan, dari 46 warga yang dites, 28 orang diantaranya reaktif positif.
Habibah sendiri juga mengaku terkejut terhadap hasil tes itu. "Lebih dari setengah hasilnya reaktif, itu sangat mengejutkan. Yang ingin saya tanyakan, bagaimana langkah selanjutnya dari Pemkot Surabaya terhadap hasil tes itu. Baru satu RW hasilnya seperti itu. Bagaimana dengan warga di kampung lain, juga di kelurahan lain yang ada di wilayah utara Surabaya?" tanya anggota Fraksi PKB DPRD Surabaya ini.
"Saya juga bertanya, bagaimana tindak lanjut Pemkot terhadap 28 warga yang hasil tesnya reaktif di Nyamplungan Gang 4 itu. Apakah Dinas Kesehatan akan mengamankan mereka? Apakah mereka diharuskan melakukan isolasi mandiri? Ini saya tanyakan, karena setelah dilakukan tes dan hasilnya cukup mengkhawatirkan itu, jangan sampai tidak ada tindak lanjutnya sama sekali. Buat apa dilakukan tes kalau hasilnya tidak ditindak-lanjuti?" kata Habibah.
Wakil Ketua Komisi A ini menilai Pemkot Surabaya sudah kewalahan, dan tidak mampu lagi menangani dengan serius persoalan covid ini. "Karena itu Pemkot Surabaya, terutama walikotanya, harus lebih terbuka kepada masyarakat, dengan menjadikan sebagian warga sebagai agen-agen. Ketua RT atau RW, tokoh masyarakat atau tokoh agama di kampung-kampung, jadikan mereka agen-agen yang dapat membantu Pemkot untuk memberi penyadaran kepada warga di sekitarnya. Tanpa agen-agen dari masyarakat, Pemkot tidak akan mampu menangani pandemi ini sendirian," tambahnya.
Habibah mengapresisasi Pemprov Jawa Timur dalam menangani covid. "Saya menyaksikan sendiri bagaimana teman-teman di Pemprov melibatkan mahasiswa, oganisasi-organisasi pemuda bahkan melibatkan komunitas bonek sebagai upaya menghetikan penyebaran covid ini. Mengapa Pemkot Surabaya tidak bisa terbuka seperti itu, karena kita tidak tahu kapan pandemi ini akan berakhir," kata Camelia Habibah. (nis)