Hasil Survei Bukan Suatu Kebenaran, Pesan Peneliti pada Publik
Peneliti mengajak masyarakat agar kritis dalam membaca hasil survei politik yang dilakukan sejumlah lembaga survei terkait capres pada pemilihan Presiden 2024. Pasalnya, hasil survei hanyalah alat untuk mengukur suhu politik dalam rentang waktu.
Pendapat itu disampaikan peneliti Litbang Kompas, Yohan Wahyu pada diskusi publik yang dilaksanakan Lembaga Kajian Indonesia Development Research (IDR), di Jakarta, Jumat 21 Juli 2023.
Oleh karena itu, lanjut Yohan, dalam membaca hasil riset politik harus dibaca secara rileks. Yohan mengimbau agar masyarakat tidak terjebak pada pemahaman bahwa survei politik sebagai kebenaran.
"Survei itu alat pengukur suhu belaka yang tingkat kebenarannya tidak mutlak, sifatnya temporal, dan selalu dinamis," jelas peneliti Litbang Harian Kompas itu.
Diskusi yang menghadirkan para peneliti, jurnalis, dan akademisi itu juga menghadirkan Ketua Bidang Eksternal Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) Andi Syafrani.
Andi Syafrani menyatakan sependapat dengan Yohan Wahyu perihal hakikat survei politik yang akhir-akhir ini makin menjamur. Lembaga survei menurut Andi pada awalnya bertujuan untuk memetakan secara akademis mengenai dinamika politik nasional.
Alat Propaganda Politik
"Semula hasil-hasil kerja lembaga survei itu menarik sebagai metode untuk melihat peta prilaku politik warga, hal ini tentu suatu kemajuan ilmu pengetahuan sosial. Sebab sebelumnya metode survei ini tidak banyak dikenal," jelasnya.
Namun, sebagai orang yang tergolong sebagai pekerja survei periode rintisan awal menyadari bahwa kerja-kerja lembaga survei sering dimanfaatkan sebagai alat propaganda politik.
"Saya merintis karir sebagai surveyor lapangan, sehingga saya paham secara utuh bagaimana survei itu dilakukan dan bagaimana pula pertumbuhannya," jelas Andi Syafrani.
Sementara itu, jurnalis senior eks-Majalah Tempo Elik Susanto. menyarankan agar lembaga survei yang selama ini aktif mengerjakan survei politik, tidak terjebak sebagai alat membodohi masyarakat dengan menggiring opini untuk kandidat tertentu.
"Sebaiknya lembaga survei harus profesional dan ketat pada metodologi riset," tegasnya.
Advertisement