Hashim Djojohadikusumo: Prabowo Kecewa dengan Edhy Prabowo
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo mengatakan Prabowo Subianto geram dengan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Edhy Prabowo yang menjadi tersangka korupsi izin ekspor benur atau benih lobster.
Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo, kata adik kandungnya itu, bahkan mengatakan Edhy mengecewakan orang yang telah mengangkatnya dari selokan.
"Dia (Prabowo) sangat kecewa dengan anak yang dia angkat dari selokan, 25 tahun lalu," kata Hashim, dalam konferensi pers di Jetski Kafe Jakarta Utara, Jumat 4 Desember 2020.
Hashim mengatakan keluarganya telah mengenal Edhy sejak lama. Ia sendiri tak menduga Edhy akan melakukan dugaan korupsi hingga akhirnya tertangkap KPK.
"Saya Edhy kenal sudah lama. Dulu dia pengangguran sebelum seperti sekarang. Dia orangnya baik," ujarnya.
Selain itu, Hashim yang juga seorang pengusaha mengaku kecewa keluarganya turut dikaitkan dengan dugaan korupsi kasus ekspor benih lobster. Menurutnya, PT Bhima Sakti Mutiara hanya memiliki izin budidaya lobster dan bukan izin ekspor.
"Saya merasa dihina, difitnah," katanya.
Hashim menerangkan perusahaan telah melakukan bisnis di bidang kelautan sejak 1986, yakni di bidang budidaya mutiara. Perusahaan miliknya juga bergerak di budidaya kelautan lain seperti teripang, kepiting dan kerapu.
"Timbul ide untuk melakukan diversifikasi di luar mutiara, ada ide untuk teripang, untuk lobster budidaya seperti kepiting dan sebagainya. Ini kan kelautan," ujarnya.
Meskipun demikian, ia menegaskan tak pernah melakukan pengajuan izin atau terbesit niat untuk melakukan ekspor lobster dan benur sejak dilarang oleh Menteri KKP sebelumnya Susi Pudjiastuti.
Namun, Hashim mengakui turut mendorong Edhy untuk membuka keran ekspor sebanyak-banyaknya. Hal tersebut dilakukan agar kebijakan yang dikeluarkan Edhy tak jadi celah untuk monopoli bisnis ekspor benur.
"Tahun lalu saya bilang berapa kali saya wanti-wanti saya usulkan berikan izin sebanyak-banyaknya. Saksi hidup banyak di belakang saya. Saya bilang, Ed buka saja sampai 100 karena Prabowo tidak mau monopoli dan saya tidak suka monopoli dan Partai Gerindra tidak suka monopoli," katanya.
Sebagai informasi, Edhy ditetapkan sebagai tersangka korupsi izin ekspor benih lobster oleh KPK. Politikus Gerindra itu diduga menerima uang Rp9,8 miliar dari pengurusan izin ekspor benih lobster tersebut. Sebagian uang tersebut telah digunakan Edhy untuk membeli sejumlah barang saat kunjungan kerja ke Amerika Serikat beberapa waktu lalu.
Kasus yang menjerat Edhy sendiri bermula dari izin pembukaan ekspor benih lobster yang mulai diberlakukan tahun ini. Izin ekspor itu dianggap bermasalah, hingga akhirnya diproses KPK. Selain Edhy, lembaga antirasuah itu juga menjerat enam orang lainnya sebagai tersangka.