Hasan Chabibie: Solidaritas Global, Acuan Percepatan Teknologi
Dr. M. Hasan Chabibie (Plt. Kepala Pusdatin Kemendikbud), mengungkapkan, tantangan mendasar dalam pendidikan saat ini, harus dikelola dengan cara pandang solidaritas global. Selama pandemi ini, ada banyak tantangan yang ada, yang menghadang kita.
"Maka, tidak bisa hanya memberikan satu strategi saja. Maka, pada konteks ini, Kemendikbud, menghadirkan lama ‘bersama hadapi corona’, pada masa awal dulu itu,” terang Hasan, yang juga Plt. Ketua Umum Mahasiswa Ahlut-Thariqah an-Nahdliyyah (MATAN).
Lebih lanjut Hasan mengatakan, transformasi teknologi di bidang pendidikan, harus diarahkan untuk membangun solidaritas bersama. “Pada masa sekarang ini, yang paling penting adalah bagaimana kita menunjukkan global solidarity, solidaritas global. Saya sering menyampaikan, kalau kita mau jalan cepat, ya kita bisa jalan sendiri. Sedangkan, jika ingin jalan jauh, maka harus berbarengan,” jelasnya.
Memang, pandemi yang terjadi secara global ini menjadi tantangan bersama. Untuk itu, dibutuhkan solidaritas global sebagai acuan untuk melakukan percepatan di pelbagai bidang, di antaranya di bidang teknologi untuk pendidikan.
Hal inilah menjadi rumusan dialog dan Diskusi Edukasi #5, yang bertema ‘Ekosistem Pendidikan Digital Pasca Pandemi’, yang diselenggarakan pada Sabtu (20 Februari 2021). Hadir sebagai pembicara dalam agenda ini, selain M. Hasan Chabibie, adalah Anggi Afriansyah (Peneliti LIPI), dan Panji Yehezkiel (Founder Siswamedia). Agenda ini dimoderatori oleh Ferry Dorigin.
Pada bagian lain, Hasan Chabibie menambahkan, program-program percepatan digital ini masih ditarget beberapa tahun lagi, sesuai dengan rencana pemerintah secara umum. Namun, karena pandemi, memaksa kita semua untuk bekerja lebih cepat, sehingga relevan dengan kondisi saat ini.
“Percepatan yang bisa diharapkan oleh Bapak Presiden bisa bertemu dengan kondisi saat ini. Selain itu, inovasi-inovasi, gagasan-gagasan, tentu itu memudahkan. Tapi, bahwa teknologi itu sebenarnya persoalan budaya. Teknologinya hadir menjamur.
"Beberapa start-up baru yang kemudian menjamur, itu pasti bagus. Tapi, bagaimana menghadirkan transformasi digital ini tidak mudah, maka perlu pendampingan dari kita semua,” ungkap Hasan, yang juga pengasuh pesantren Baitul Hikmah, Depok, Jawa Barat.
Sementara, peneliti LIPI Anggi Afriansyah menyampaikan betapa pandemi telah memukul sektor pendidikan di berbagai negara, yang menyebabkan banyak siswa drop-out, tidak bisa lagi mengakses pembelajaran formal.
Advertisement