Sebagai gambaran, pendapatan Yum! Brands Inc. tahun 2017 adalah Rp 84T. Yum! adalah pemilik restoran KFC, Pizza Hut dan Taco Bell global dengan 45 084 gerai sebagaimana pada laporan tahunan 2017. Dari pendapatan tersebut, sebesar Rp 361 M adalah berasal dari royalti atas 628 gerai KFC di Indonesia yang dimiliki dsn dioperasikan PT Fast Food Indonesia Tbk. Artinya, KFC Indonesia berkontribusi pendapatan 0,4% dari total pendapatan perusahaan yang pemegang saham terbesarnya adalah investment company Price T Rowe dengan kepemilikan 13% . Bisa dimaknai bahwa andai 628 gerai KFC Indonesia ditutup oleh pemerintah karena sebuah kebijakan politik, Yum! hanya akan kehilangan pendapatan 0,4% dari total pendapatan. Tidak berpengaruh signifikan karena laba Yum tahun tersebut adalah Rp 19T. Data Yum! Brands Inc. memberi gambaran tentang tidak signifikannya efek kebijakan politik ekstrim apapun terhadap sebuah perusahaan. Mengapa? Karena perusahaan yang dimiliki oleh jutaan orang melalui berbagai investment company seperti Price T Rowe tersebut telah beroperasi di lebih dari 135 negara, termasuk Indonesia. Maka, andai pengusaha-pengusaha kita mau berpandangan seperti Yum!, maka mereka akan bekerja keras agar perusahaan besutannya masuk dan menguasai pasar berbagai negara. Akan jarang berada di Indonesia. Dengan demikian mereka tidak sempat masuk politik. Waktunya habis untuk mengurusi perusahaannya di berbagai negara. Bayangkan kalau masuk ke 135 negara seperti Yum! yang nilai seluruh sahamnya Rp 370T itu. Jika tiap negara disinggahi seminggu, butuh waktu hampir 3 tahun untuk mengunjungi setiap negara dimana perusahaan beroperasi. Tidak ada waktu untuk masuk politik. Lalu apa kontribusinya bagi RI? Tentu saja pajak yang besar yang uangnya dipompakan dari berbagai negara. Dan masih ada satu lagi yang tidak bisa dinilai dengan uang: membangun mental superior warga RI dimanapun mereka berada dalam pergaulan antar bangsa. Semua masyarakat dunia akan mengenal RI melalui merek-merek dan perusahaan globalnya. Warga dunia akan banyak yang menjadi karyawan perusahaan-perusahaan Indonesia. Indonesia menjadi bangsa boss. Bukan bangsa anak buah. Jadi, haruskah pengusaha masuk politik? Tidak! Politik biar dikelola oleh para politisi profesional seperti Bung Karno dan Bung Hatta. Orang yang sejak bangku kuliah telah memilih berkarir dan mendedikasikan diri berjuang di bidang politik. Karir politiknya terus tumbuh seiring berjalannya usia hingga sampai puncak karir: presiden dan wakil presiden. Alangkah indahnya. *) Oleh Iman Supriyono, CEO SNF Consulting, IG: @imansupri Pengusaha Partai Politik KFC Pengusaha Partai Politik KFC