Haruskah Pak Obama Pulang Kampung Lagi?
"Pulang kampung nih," celetuk Barack Obama, dalam bahasa Indonesia yang disambut gemuruh tepuk tangan. Saat itu, Presiden Amerika Serikat ke-44 ini, berpidato di Balairung Universitas Indonesia pada 11 November 2010. Kegiatan itu, salah satu dari rangkaian kunjungannya ke Jakarta.
Pak Obama, pintar sekali menguncang benak para pendengar pidatonya. Banyak tepuk tangan dan tawa penonton di acaranya waktu itu. Kata pulang kampung itu, adalah penegasan kalau dia pulang lagi ke Jakarta.
Mungkin kalau mengikuti gegap gempita Covid-19 sekarang ini, pernyataan Pak Obama ini selaras dengan konteks dari Presiden Joko Widodo. Terkait melarang mudik karena bisa menyebarkan virus corona, namun membolehkan pulang kampung karena urusan ekonomi.
Menurut Pak Jokowi, pulang kampung berbeda dengan mudik. Di mata mantan Gubernur DKI Jakarta ini, mudik dilakukan saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Namun pulang kampung tidak terbatas pada momen lebaran.
Memang, saat itu, Pak Obama tidak pulang ke Jakarta menjelang lebaran. Cuma, jamak publik tahu kalau di masa kecilnya, dia pernah tinggal di Menteng Dalam. Ikut ayah sambungnya, Pak Lolo Soetoro.
Dalam pidato itu, dia membabar romantisme Jakarta tempo dulu. Hotel Indonesia dan Gedung Sarinah, dua bangunan tinggi di jamannya, masih diingatnya. Termasuk rupa becak dan bemo.
Pak Obama juga bahagia bercerita permainan menerbangkan layang-layang, berjalan di pematang sawah, atau menangkap capung. Tak terkecuali, tentu saja, makanannya.
"Saya masih ingat teriakan dari penjualnya. Sate! Saya ingat itu. Bakso!" tuturnya sambil tertawa. Masa kecil yang indah di Jakarta. Karena ayah dua putri ini mengingatnya dengan detail.
Namun, pengunaan kata pulang kampung Pak Obama ini, juga berbedanya dengan konteks Pak Jokowi. Menurutnya, kalau yang namanya pulang kampung itu bekerja di Jakarta. "Tetapi anak-istrinya ada di kampung," tegas Pak Jokowi kepada Mbak Najwa Shihab.
Sebab, Ibu Michelle Obama dan dua anaknya tidak tinggal di Jakarta. Lalu, tiap hari Jumat, misalnya, Pak Obama pulang kampung ke Jakarta, menenggok istri dan anak-anaknya. Dia lantas bergabung jadi anggota PJKA, alias Pulang Jumat Kembali Ahad.
Jadi, apakah Pak Obama juga salah menggunakan konteks kata pulang kampung. Entahlah. Memang, diskusi antara mudik dan pulang kampung, sebelumnya, pernah menyita energi kita.
Lucunya, publik dan media menikmati. Goreng sana-sini. Bukan malah, makin serius mendiskusikan bagaimana strategi mengatasi pandemi ini.
Atau setidaknya, menanyakan apakah Presiden Jokowi sudah punya strategi mumpuni? Sejauh mana strategi itu dilaksanakan para menteri? Berhasil mengatasi?
Oh ya, ngomongin presiden, saat kunjungan Pak Obama itu Presiden Indonesia, adalah Pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ada juga peristiwa lain yang menarik di sini. Pemberian hadiah yang luar biasa bagi Pak Obama.
Yakni, pemberian penghargaan Bintang Jasa Utama kepada Ibu Stanley Ann Dunham, ibunda Pak Obama. Penghargaan diserahkan saat jamuan makan malam pada Selasa, 9 November 2010. Alasan pemberian itu ada dua.
Pertama, sebagai bentuk penghargaan atas hasil karya ilmiah riset peran perempuan dan pemberdayaan sosial ekonomi di UGM. Kedua, Ibunda Pak Obama merupakan perempuan Amerika yang mencintai Indonesia.
Apakah karena ibunda Pak Obama, Ibu Stanley Ann Dunham mendapatkan penghargaan itu? Jangan berpikiran sempit seperti itu. Pemerintah juga pernah memberikan Bintang Jasa Utama untuk Takashi Shiraishi, akademisi dan peneliti Jepang.
Namun, cara Pak SBY menyentuh hati Pak Obama dengan memberikan penghargaan adalah cara diplomasi unik. Tentu biar pikiran Pak Obama ke Indonesia lebih banyak. Harapannya, kerjasama dan bantuan untuk Indonesia lebih banyak.
Di sisi lain, bagi Pak SBY yang orang Jawa, keluarga adalah segalanya. Jadi jangan heran, kalau pada awal Mei 2020, sempat rame ada perseteruan pegiat media sosial Denny Siregar dengan Partai Demokrat.
Denny menyatakan menolak menghapus cuitannya di twitter seperti tuntutan somasi pihak Partai Demokrat. Isi twitternya seperti ini, "Bapak udah. Anak udah juga. Sekarang cucu juga dikerahkan.. Kalo ada cicit, cicit juga bisa ikutan minta lockdown.."
Cuitan ini dianggap menyentil soal tugas sekolah putri Mas Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Almira Yudhoyono. Mbak Annisa Pohan, istri Ketua Umum Partai Demokrat itu, merasa keberatan jika putrinya dijadikan bahan olok-olok oleh Denny Siregar.
Melalui akun twitternya Mbak @AnnisaPohan pun mengadu ke Pak Jokowi. Ini isinya. "Pak @jokowi saya sebagai seorang ibu dan warga negara bapak, saya protes thdp tindakan @Dennysiregar7 yg saya dengar seorang simpatisan bapak tapi membawa anak saya yg dibawah umur untuk dijadikan bahan olokan politik dia."
Perintah pelaporan itu, sebagai bentuk nyata, bagaimana keluarga adalah utama. Menyinggung harkat keluarga, semua daya bisa dilakukan.
Mungkin, Mas AHY harus terus belajar dari Pak SBY. Dulu, ini terkait kasus Pak Aulia Pohan, besannya, yang ditangkap KPK waktu ketuanya Pak Antasari Azhar. Walau masih jadi presiden, Pak SBY tampak tidak melakukan intervensi atas kasus ini, membiarkan besannya menjalani hukuman.
Ini mirip dengan pelaksanaan salah satu filsafat Jawa: saran serik lamun ketaman, datan susah makin kalangan. Yang maknanya, jangan mudah sakit hati ketika musibah menimpa diri, Jangan sedih ketika kehilangan sesuatu.
Namun, jika ada waktu, silahkan berselancar ke mesin pencari. Ada perilaku menarik dari Pak Antasari Azhar. Saat dia jadi pesakitan dan diminta memberikan keterangan dalam rapat Timwas Century DPR RI pada 12 September 2012.
"Sampaikan salam hormat saya kepada Ketua Dewan Pembina, bahwa apa yang saya sampaikan itu seolah-olah seperti itu, dan kami tidak pernah ketemu," kata Antasari kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, saat itu.
Namun, hampir lima tahun berikutnya, cerita yang terekam di media berganti. Salam hormat itu berubah 180 derajat. Pada 14 Februari 2017, Pak Antasari menyeret nama Pak SBY dan CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo terkait kasusnya.
Di hadapan awak media, di kantor Bareskrim di KKP, dia membeberkan pernah didatangi Pak Hary di rumahnya pada suatu malam di bulan Maret 2009. "Hary diutus oleh Cikeas, beliau minta agar saya tidak menahan Aulia Pohan," ucap Pak Antasari kepada juru warta, saat itu.
Mendengar hal itu, Pak SBY tidak tinggal diam. Melalui twitternya, dia memberikan sanggahan pada Selasa, 14 Februari 2017, pukul 17.14 WIB. Ini isinya: "Satu hari sebelum pemungutan suara Pilkada Jakarta (saya duga direncanakan), Antasari lancarkan fitnah & tuduhan keji terhadap saya SBY."
Pak SBY pun menambah pernyataan lagi, terkait grasi Pak Jokowi kepada Pak Antasari. Masih melalui twitternya. "Yg saya perkirakan terjadi. Nampaknya grasi kpd Antasari punya motif politik & ada misi utk serang & diskreditkan saya (SBY) SBY."
Dari catatan peristiwa ini, terekam ada sengkarut politik antara Pak SBY dan Pak Jokowi. Jadi wajar kan, kalau Mbak Anisa mengadu ke Pak Jokowi, dan menganggap anaknya dijadikan olokan politik oleh Mas Denny Siregar. Bisa jadi, sengkarut itu kini makin kusut.
Memang, urusan penangganan pendemi ini melebar. Getahnya lengket kemana-mana. Saya pun tak mengikuti lagi, bagaimana kelanjutan perseteruan keduanya. Biarkan menemukan jalannya sendiri.
Kini yang utama, mengurai pendemi ini. Pilihannya cuma dua: menyelamatkan ekonomi atau nyawa orang. Mana yang mau diambil duluan atau apakah keduanya bisa dilakukan bersamaan.
Mirip Presiden Donald Trump yang pengusaha, Pak Jokowi terkesan menitikberatkan pada penyelamatan ekonomi. Berbeda dengan Gubernur Anies atau Gubernur Ridwan Kamil yang berlatar belakang akademisi, penyelamatan nyawa orang, bisa jadi lebih utama.
Kalau seandainya saya wali kota atau bupati, saya akan memilih menyelamatkan keduanya. Strateginya sederhana. Saya akan kumpulkan orang yang rentan kena Covid-19 ini, yakni para lansia dan anak-anak menjadi satu.
Saya penuhi kebutuhan dasarnya. Saya siapkan tenaga medis juga perlengkapannya. Memastikan mereka selalu siap menjaga kesehatan para lansia.
Saya juga siapkan trainer olah raga. Biar mereka bisa beraktifitas. Diberi banyak kegiatan. Saya kasih juga para ahli agama. Mengajak mereka terus beribadah dan berdoa.
Lantas yang masih muda dan di bawah 45 tahun, silahkan beraktifitas seperti biasa. Agar roda ekonomi tetap berjalan. Tentu saja, sambil mentaati protokol sederhana. Jaga jarak, sering cuci tangan, pakai masker. Kalau mau jadi herd community, semoga bisa terlaksana dengan baik dan terkontrol.
Kalau saya gubernur, ya saya minta wali kota dan bupati di wilayah melaksanakan strategi itu. Atau kalau saya jadi presiden, saya paksa gubernur, walikota, dan bupati melaksanakan itu.
Bagi semua orang, Pak Jokowi yang dapat mandat memimpin negeri ini, adalah tulang punggung mengatasi pendemi ini. Jadi panglima tertinggi dan ahli memilih strategi. Karena menteri atau ketua gugus tugas pasti menyodorkan banyak strategi.
Alur komunikasi harus sinergi. Juru bicara kementerian, kantor presiden, dan juru bicara gugus tugas harus ngobrol tiap hari. Satu pesan kunci kebijakan hari itu, disebar ke semuanya. Biar kalimat yang keluar seragam.
Saat melihat postingan ucapan Idul Fitri dari Pak Jokowi, yang berfoto bersama Ibu Iriana, saya sedih. Bukan terkait kalimat ucapannya. Tapi melihat raut wajah Pak Jokowi.
Wajahnya terlihat lelah. Kantung mata yang mengantung. Terkesan memikirkan banyak hal yang ruwet. Bisa jadi saya salah. Tapi, coba bandingkan, dengan cerah wajahnya saat membagikan sepeda.
Jangan kuatir Pak Jokowi, banyak rakyat yang membantu. Buktinya, banyak yang mengalang aksi solidaritas dengan konser Dari artis Didi Kempot hingga lembaga MPR dan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP). Mengalang dana dengan lagu atau lelang amal.
Walaupun, lelang amal motor matik gesits yang sudah ditandatangani Pak Jokowi, oleh BPIP dan MPR sempat ramai. Pasalnya, M Nuh pemenang lelang yang pekerja harian itu, tak mampu membayar Rp2,55 miliar. Untungnya, kita kembali bertemu dengan nama Pak Hary Tanoesoedibjo. Yang sebelumnya disebut Pak Antasari, dekat dengan Pak SBY itu.
Putranya, Mas Warren Tanoesudibjo, akhirnya mau membeli motor listrik tersebut. Mas Warren, sebelumnya dikabarkan adalah peserta urutan ke dua. Pak Hary mengatakan bahwa alasan putranya ikut menawar dalam lelang itu karena sebagai pengagum Pak Jokowi.
"Jadi dia (Warren) waktu itu minta izin kalau dari tabungannya bisa tidak dipakai untuk menyumbang ya silakan saja kalau kamu mau," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, pada Jumat, 22 Mei 2020.
Selain itu, putri sulungnya, Mbak Angela Herliani Tanoesoedibjo juga diangkat Pak Jokowi sebagai Wakil Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif. Melihat cara kerja Pak Hary, saya jadi makin takjub.
Apakah ini pola pengusaha untuk selalu selalu dekat dengan pusat kekuasaan? Selalu datang di saat yang tepat?
Tapi mohon pertanyaan-pertanyaan itu di pinggirkan saja. Karena ini tugas mulia. Membantu pemerintah melawan pendemi ini.
Yang pasti, setidaknya, saya juga sudah membantu pemerintah. Menuruti perintah Pak Jokowi. Tidak pulang kampung. Tidak juga mudik ke kampung. Saya memilih tinggal saja di rumah.
Ayo semangat, Pak Jokowi pasti bisa mengatasi pendemi ini. Masak, kita harus minta tolong Pak Obama untuk pulang kampung lagi.
Ajar Edi, kolomnis Ujar Ajar.
Advertisement