Harmonisasi Tiga Agama di Dusun Jamuran, MPK UB Gelar Moral Camp
Pusat Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Universitas Brawijaya (UB), Malang, Jawa Timur menggelar "Moral Camp" di Dusun Jamuran, Desa Sukodadi, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.
Dusun Jamuran dipilih sebagai tempat moral camp karena di lokasi ini terdapat tiga tempat ibadah, mulai dari masjid, pondok do’a atau gereja, dan juga pura.
Keberagaman tiga agama di dusun ini lantas membuatnya dijuluki sebagai ‘Desa Toleransi’.
Untuk menjaga relasi antar agama di Dusun ini, warganya mengenal tiga nilai dasar yang mereka rawat bersama.
Yang pertama mengenai kearifan lokal yang diwujudkan melalui kegiatan bersih desa atau ogoh-ogoh. Acara ini menjadi media yang sangat ampuh dalam menjaga toleransi antarwarga yang beragama berbeda.
Selanjutnya, proses partisipasi, komunikasi bahkan kerjasama di dalam masyarakat betul-betul berjalan tanpa memandang agama. Proses persiapan perayaan-perayaan agama dilaksanakan secara gotong-royong dan dilaksanakan secara bergantian.
Dan yang terakhir, kehidupan toleran di Dusun Jamuran ini juga ditopang oleh nilai agama yang sangat terbuka terhadap perbedaan. Nilai-nilai agama yang dimunculkan di permukaan mampu diterima dengan tangan terbuka oleh pemeluk agama lain.
Di samping itu, komunikasi antar tokoh agama berjalan dengan sangat baik. Sehingga ketika terjadi sedikit saja permasalahan dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
Alhasil, menurut Sekretaris MPK UB, Muhammad Anas, selama ini nyaris tidak ada benturan keyakinan di antara pemeluk agama yang berbeda di dusun tersebut.
“Hal yang juga cukup menjadi penopang akan langgengnya toleransi di Dusun Jamuran ini adalah proses transmisi nilai-nilai toleran dari generasi tua ke generasi penerusnya. Hal ini sangat penting karena jika tidak dilakukan, maka akan sangat mungkin tradisi toleransi yang telah lama terbangun akan mengalami kemerosotan,” ungkapnya dalam rilis resmi yang diterima oleh Ngopibareng.id pada Selasa 22 Oktober 2019.
Hal lain menurut Anas, yang berperan penting dalam toleransi di dusun ini tentu saja para tokoh agama setempat. Komitmen mereka dalam merawat umat, mendidik umat, serta bagaimana tetap memberikan pemahaman kepada umat untuk terus menerus menjaga kehidupan yang harmonis dan berkeadaban.
Maka itulah, sekitar 50 mahasiswa lintas fakultas di UB tinggal di rumah warga Dusun Jamuran selama 3 hari dari 18 Oktober sampai 20 Oktober 2019.
Di samping mendapatkan materi pembekalan soal toleransi dan agama, mereka juga berinteraksi dengan warga atau pemilik tempat tinggal sekaligus dengan tokoh-tokoh agama.
Sesi yang cukup penting adalah interaksi dengan para tokoh-tokoh agama. Para tokoh dari agama Kristen, Hindu dan Islam secara bergantian akan dikunjungi oleh mahasiswa.
“Tujuan dari pembelajaran ini agar mahasiwa betul-betul memahami sekaligus mempunyai sikap terbuka karena bersentuhan langsung dengan warga sekitar,” tegas Anas yang juga Dosen Pancasila dan Filsafat di UB.
Harapan utama dari kunjungan langsung dengan para tokoh agama ini, Anas mengatakan agar terjadi pemahaman yang proporsional tentang masing-masing agama. Untuk membentuk mahasiswa yang toleran.
Anas menambahkan, acara ini mempunyai dasar kuat yang memfokuskan diri pada upaya merawat kebhinekaan melalui pendidikan berbasis kontekstual.
“Agar para calon pemimpin bangsa dapat berpikiran terbuka, menerima perbedaan dan sekaligus menjadi duta perdamaian bagi Indonesia Raya,” tutupnya.