Hariyanto, Pemain Ndeso yang Sukses Bawa Persik Juara Liga 3 Kali
Jangan mengaku suporter Persik Mania jika tidak mengenal pemain yang satu ini. Dia adalah Hariyanto, mantan gelandang serang Persik Kediri.
Di eranya, Hariyanto turut berjasa dengan mengantarkan Persik Kediri juara liga tiga kali, yaitu Juara Divisi 1, Juara Divisi Utama 2003 dan Juara Liga Super 2006.
Sebagai juara Liga Super 2006, team berjuluk Macan Putih tersebut wakil Indonesia untuk menjadi salah satu kontestan yang tampil diajang Piala Champions Asia 2007, melawan klub asal Australia dan Jepang.
Diketahui, sebelum bergabung bersama Persik Kediri, Hariyanto pernah bergabung bersama beberapa klub elit, di antaranya Persebaya Surabaya, Mitra Surabaya, Persija, dan Arema.
Dari sekian banyak klub yang telah dibelanya, Persik Kediri menjadi tim paling berkesan dalam hidupnya.
"Selama berkarier di sepak bola, paling berkesan di Persik Kediri, dalam segala hal, baik itu prestasi maupun materi. Bahkan tahun 2006 saya sudah pindah KTP di Kediri. Saya bisa membiayai sekolah adik-adik saya dari Persik. Dan alhamdulillah bisa memberangkatkan haji kedua orang tua, plus mertua," katanya.
Selama berkarier di Persik, Hariyanto tidak akan pernah melupakan jasa dua orang yang dianggap telah membesarkan namanya.
Dua orang yang dimaksud tersebut adalah mantan manajer Persik Kediri Iwan Budianto dan mantan Walikota Kediri sekaligus Ketua Umum Persik Kediri, almarhum Haji Maschut.
"Waktu itu Mas Iwan yang mengajak bergabung dan meyakinkan saya bahwa Persik menargetkan juara dan naik ke Divisi Utama. Tapi, awalnya saya masih ragu. Bahkan, saya sempat balik pulang kampung ke Malang, karena saya tidak yakin dengan materi pemain saat itu," katanya.
Kemudian, lanjut Hariyanto, ia bertemu Iwan lagi dan berusaha untuk meyakinkan kembali dengan membeli beberapa pemain. "Saya masih ingat pertama kali datang ke Kota Kediri masih belum punya handphone Mas. Akhirnya saya beli di Sri Ratu. Awalnya, memang saya nggak kepingin," cerita mantan pemain kelahiran Desa Wonokerto Kecamatan Bantur, Malang.
Selain diperkuat pemain lokal, Persik Kediri juga melakukan perekrutan tiga pemain asing. Di antaranya pemain belakang asal Chile, Carlos Tapia dan Alexandro Bernal.
Selama memperkuat Persik Kediri, Hariyanto mulai menemukan ritme permainan terbaiknya di posisi gelandang. Sejak itu, ia mulai dilirik oleh pelatih Timnas Indonesia.
"Saya beberapa kali mendapat panggilan untuk ikut latihan bersama Timnas. Waktu itu ada even Piala Tiger (AFF )," kata pria yang akrab disapa Sapari.
Selepas dari Persik Kediri, Hariyanto memilih berlabuh ke Persidafon pada tahun 2011. Padahal, usianya saat itu sudah 34 tahun.
"Ketika itu Persidafon posisi di Divisi Utama, lalu berhasil promosi ke Liga Super. Alhamdulillah. Lalu, karena kendala pekerjaan tidak bisa izin ke luar kota, saya akhirnya hijrah ke PSBI Blitar satu tahun," katanya.
Setelah dua tahun merantau, di saat Persik Kediri terperosok Divisi Utama, ia memutuskan untuk kembali ke Persik pada tahun 2013.
"Waktu itu manajernya Mas Anang Kurniawan, ketua umumnya Pak Walikota Syamsul Ashar. Sementara, pelatihnya Aris Budi Sulistiyo. Kita kemudian naik ke Liga Super. Hingga tahun 2014 saya masih bermain menemani teman-teman yang masih muda," ujarnya.
Setelah itu, pada tahun 2015, tidak ada kompetisi. Dan, pada tahun 2016 Persik mendapat sanksi dari PSSI hingga akhirnya harus turun kasta. Di samping itu juga karena tidak memiliki dana untuk ikut kompetisi.
Pada usia menginjak 36 tahun, Hariyanto memutuskan untuk gantung sepatu. Ia kemudian mengambil sertifikat kepelatihan lisensi.
"Alasan gantung sepatu ya pertama kondisi saya. Kedua saya punya pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Lagi pula, anak-anak saya sudah besar," katanya.
Kini, Hariyanto tinggal menikmati hasil jerih payah yang sudah diberikan kepada tim sepak bola Persik Kediri. Sebagai ASN, Hariyanto kesehariannya bertugas di Sekretariat Disbudparpora Kota Kediri. "Saya bekerja di kantor Disbudparpora sejak tahun 2010," katanya. (Bersambung)