Hari Perempuan Internasional, Sejarah Pertama Kali Diperingati
Dunia memperingati Hari Perempuan Internasional pada Rabu, 8 Maret. Sejarah mencatat, Hari Perempuan muncul dari gerakan para puan mendapatkan hak bekerja dan hak suara untuk memilih.
Lahirnya Hari Perempuan
Sejumlah literatur banyak menyebut jika Hari Perempuan Internasional bermula dari gerakan perempuan di Amerika Serikat, untuk mendapatkan hak bekerja dan suara dalam memilih.
Meski Amerika Serikat menjadi negara pelopor pemilihan langsung, namun kesetaraan atas suara hanya dimiliki sesama laki-laki kulit putih. Hak suara tidak dimiliki perempuan kulit putih, juga laki-laki dan perempuan kulit hitam dan berwarna.
Begitu pula dalam bekerja. Tidak semua negara bagian mengizinkan perempuan bekerja. Jika boleh, upah perempuan jauh lebih rendah dan dengan waktu bekerja yang lebih panjang.
Tahun 1908, gerakan memprotes kondisi ini muncul di New York, Amerika Serikat. Dilansir dari laman International Women's Day (IWD), protes diikuti deklarasi Partai Sosialis tentang Hari Perempuan Nasional di tahun 1909. Hari ini diperingati di Minggu terakhir bulan Februari, setiap tahun hingga 1913.
Perempuan percaya jika gerakan akan kuat bila dilakukan bersama-sama. Maka, lewat sejumlah konferensi internasional, diputuskan pentingnya peringatan Hari Perempuan Sedunia di tiap negara. Tahun 1911, peringatan ini pertama kali digelar di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss pada 19 Maret 1911.
Jutaan laki-laki dan perempuan berparade memperingati Hari Perempuan dan mendorong berakhirnya diskriminasi atas perempuan, terutama di tempat kerja dan hak politik.
Di tengah Perang Dunia 1, para perempuan menuntut berakhirnya perang. Lewat diskusi yang juga melibatkan Rusia, ditetapkan pula Hari Perempuan Internasional yang dirayakan setiap 8 Maret, hingga saat ini.
Tahun 1975, giliran PBB mengadopsi resolusi tentang Hak Perempuan dan Kedamaian Dunia. PBB mendorong negara yang meratifikasi resolusi ini, untuk memiliki Hari Perempuan dengan latar belakang dan tanggal yang disesuaikan masing-masing.
Gerakan yang semakin besar kemudian diikuti adanya tema tahunan dari PBB, di setiap peringatan Hari Perempuan Internasional, sejak 1996. Tradisi ini tetap berjalan hingga saat ini.
Tema Tahun Ini
Gerakan yang terus berkembang juga diikuti fokus perjuangan yang terus tumbuh. Tak hanya perjuangan kesetaraan di tempat kerja dan hak suara, gerakan juga menuntut perlawanan atas kekerasan terhadap perempuan, juga akses atas pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
Juga era digitalisasi yang terjadi di beberapa tahun terakhir. Kondisi yang juga mempengaruhi perempuan kemudian dipilih menjadi tema peringatan tahun ini oleh PBB, yaitu "Digitall: Inovasi dan teknologi untuk kesetaraan gender".
Topik ini fokus pada pentingnya teknologi bagi hak-hak perempuan, kesenjangan teknologi yang berdampak pada kesempatan kerja perempuan, hingga isu keselamatan online.
Data dari PBB menyebut, sedikitnya 259 juta perempuan mendapat akses internet lebih sedikit dibanding laki-laki. Perempuan juga disebut banyak tak mendapat tempat dalam hal sains, teknologi, juga karir matematik dan mesin dilansir dari Reuters.
Alat Perjuangan
Meski tema tahun ini fokus tentang dampak digitalisasi, bukan berarti masalah lain telah berhasil diatasi. Perempuan di Abad 21, juga masih menghadapi masalah kemiskinan dan juga kekerasan.
Laporan WHO di tahun 2021 menemukan, setiap 1 orang dari tiga perempuan pernah mengalami kekerasan fisik dan psikis sepanjang usianya. Kondisi yang juga berdampak pada kesempatan perempuan dalam hal ekonomi, serta akses atas pendidikan dan hak reproduksi.
Kondisi masyarakat yang juga berubah membawa Hari Perempuan Internasional semakin berwarna. Dorongan agar IWD semakin inklusif dengan turut menyuarakan hak perempuan transgender, non biner, dan kelompok non conforming, kuat muncul di tahun-tahun belakangan.
Advertisement