Kisah Perawat Surabaya Bertahan Melawan Pandemi
Bertepatan dengan Hari Perawat Nasional, Hari ini, Rabu, 17 Maret 2021, sejumlah perawat di Surabaya membagikan kisahnya untuk survive merawat pasien Covid-19.
Seperti yang diungkapkan salah satu perawat RS Husada Utama, Ika Nuraini Puji Astuti. "Pertama kali saya merawat pasien Covid yang OTG, di situ saya banyak melihat tingkat kecemasan pasien yang bertambah. Karena mereka harus sendirian tanpa keluarga dalam waktu cukup lama, bukan sehari atau dua hari," ujar Ika kepada Ngopibareng.id, Rabu 17 Maret 2021.
Khawatir Orang Tua di Rumah
Ia lantas teringat keluarga di rumah. Terbayang orang tuanya yang berusia lanjut dan tinggal bersamanya, rentan bila terpapar Covid-19 yang berasal dari dirinya. Ia juga khawatir, membayangkan orang tuanya dirawat seorang diri, terasing dari keluarga, bila terpapar Covid-19. "Waktu awal saya ditugaskan di ruang Covid-19 ada kecemasan karena saya memiliki keluarga dan orang tua yang berusia lanjut," katanya.
Saat itu, dukungan keluarga dan semangat dari rekan sejawat dianggapnya banyak berperan menguatkan dirinya untuk terus berjuang. Ia juga meyakini, berjibaku merawat pasien Covid-19 adalah bagian yang tak terpisah dari profesinya. "Namun saya yakin ini bentuk pengabdian saya sebagai tenaga medis (perawat)," kata perawat yang bertugas di RSHU sejak tahun 2007 ini.
Tak hanya semangat yang terus diperbarui setiap hari, lantaran perang belum juga berakhir, ia juga dituntut memiliki fisik yang kuat dan terus beradaptasi dengan seragam APD yang harus dikenakan, saat bertugas.
Ketika harus memakai APD lengkap dan berlapis, bahkan masker pun juga harus berlapis ia pun merasa kesulitan bernapas. "Nafas sampai berbunyi. Menggos-menggos kalau orang jawa bilang," ungkapnya.
Pasien Sembuh Menguatkan Tekat
Namun, semua kegundahan dan kesulitan segera terhapus ketika melihat pasien bisa keluar RS dengan sehat.
"Ada pasien yang nangis melihat kami bekerja, mereka sayang sama kami. Untuk saya pribadi saya bertambah keimanan kepada Allah SWT karena merasa sungguh nikmat kuasanya. Saya merasa senang saat melihat banyak pasien yang kami rawat keluar dalam keadaan sehat," ceritanya.
Ia pun berharap, di Hari Perawat Nasional ini, pandemi Covid-19 segera berakhir. Seluruh nakes di seluruh Indonesia juga diberi kesehatan, sehingga dapat merawat pasien baik Covid-19 maupun non-Covid-19.
Hal senada juga disampaikan, Nissa Aruming Sila, perawat RS Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Perawat berusia 33 tahun ini mengaku kaget saat pertama merawat pasien Covid-19.
Terpapar Covid
Ruang isolasi, protokol kesehatan, penanganan khusus yang belum pernah dijumpainya, serta risiko terpapar Covid-19, juga membuatnya stres. "Akhirnya agar tidak stres saya dan teman-teman melakukan berbagai hal. Seperti memberi suplemen tambahan, jam kerja yang dimodifikasi serta pengaturan libur," ceritanya.
Hingga, hal yang ditakutinya terjadi. Ia sempat dinyatakan positif Covid-19 pada Oktober lalu. Namun, semangat dan tekat yang kuat mampu membuatnya pulih dengan cepat. "Pernah terpapar, Oktober lalu. Karena saya punya komorbid, agak besar badannya jadi sempat dirawat. Ringan sih kalau saya," terangnya.
Selain tekat, suport yang kuat dari dari teman-temannya membuat Nissa bisa bertahan melawan penyakit. Selain itu, makanan sehat dan suplemen yang diberikan RS juga menunjang kesembuhanya.
Meski tertap bersemangat, layaknya manusia, Nissa juga mengaku sempat mengalami kelelahan selama setahun merawat pasien Covid-19. Di fase yang buruk itu, ia menumbuhkan pemikiran positif untuk seger bangkit kembali. Mengepalkan niat untuk membantu Indonesia bebas dari pandemi.
Niat itu pun makin kuat, saat melihat pasien berhasil sembuh atau survive. Apalagi ketika ada pasien yang masih mengingatnya ketika sudah sembuh.
"Bahkan pasien yang berhasil survive itu saat kontrol datang ke ruang keperawatan ingin melihat perawat yang merawat mereka, karena saat dirawat kami memakai APD," imbuhnya.
Di hari Perawat Nasional ini, Nissa pun melangitkan harapan dari lubuk hatinya, agar pandemi ini segera berakhir. Ia juga mendorong agar warga Indonesia, tak lelah menerapkan protokol kesehatan. Bersama-sama memerangi pandemi agar segera usai.
"Saya tau memakai masker terlalu lama memang enggap. Kami juga panas memakai APD. Memang tidak nyaman. Tapi selagi pandemi belum berakhir, prokes harus tetap dijalankan. Jangan takut divaksin, sebab itu langkah pemerintah agar kita memiliki kekebalan tubuh. Semoga pandemi segera berakhir," ucapnya.
Advertisement