Peringati Hari Musik, Trenyuh Lihat Kondisi Makam WR Soepratman
Alunan biola yang dimainkan Arul Lamandau mendayu pelan. Dia memainkan biolanya di depan pusara makam WR Supratman di Jalan Kenjeran Surabaya.
Arul Lamandau siang tadi memainkan biola di depan pusara sang pencipta lagu Kebangsaan Indonesia Raya bukan tanpa alasan. Dia memainkan biolanya sebagai penghormatan. Pasalnya, hari ini, 9 Maret adalah hari kelahiran WR Soepratman yang sekaligus diperingati sebagai Hari Musik Nasional.
Sayang, di balik peringatan Hari Musik Nasional yang dilakukan hari ini tersimpan keresahan dari para seniman dan aktivis di Surabaya. Keresahan tersebut tak lain soal kondisi makam WR Soepratman.
Mereka trenyuh dengan makam WR. Soepratman yang bau sampah. Tak hanya sekedar bau, tapi sangat menyengat. Maklum tak jauh dari makam WR Soepratman, terdapat Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) Rangkah. Jaraknya hanya sekitar 10 meter. Kalau dilihat dari depan, antara gerbang makam dengan Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS) ini seolah berdampingan.
"Jarang peziarah yang kesini (makam WR Supratman) karena bau sampah yang sangat menyengat," ujar salah satu aktivis Surabaya, Nassarudin Sakera atau akrab dikenal Udin Sakera yang ditemui usai melakukan tabur bunga di makam WR Supratman.
Menurut Udin Sakera, hal ini adalah bentuk penghinaan kepada pahlawan Nasional. "Ini bentuk penghinaan karena didekatkan dengan tempat sampah, padahal WR. Supratman adalah pahlawan Nasional," tegasnya.
Dahulu, ungkap Udin Sakera, makam WR Supratman berada di dalam area makam Rangkah lalu, direlokasi di depan area makam Rangkah. Tapi beberapa tahun setelahnya pemerintah juga membuka TPS Rangkah di sebelah makam.
"Relokasinya duluan makam, baru setelahnya ada TPS di sebelah," imbuhnya.
Udin Sakera dan teman-temannya sebenarnya beberapa tahun lalu pernah membawa keluhan ini kepada Walikota Surabaya yang kala itu dijabat Tri Rismaharini. Tapi hanya dibuatkan taman kecil, tidak mengurangi bau sampah sama sekali.
"Sering kami bilang ke pemerintahan, tapi ya hanya dibuatkan taman kecil di sebelah makam tidak mengurangi mau sampah juga," ceritanya.
Saat ditanya seberapa sepi makam WR Supratman, Udin Sakera mengungkapkan, ada empat pintu di makam WR Supratman tapi sangat jarang peziarah datang.
"Harusnya dengan empat pintu tersebut, peziarah bisa datang dari mana saja, tapi sekarang sepi," ujarnya.
Udin Sakera pun berharap, ada penanganan serius dari Pemerintah Kota Surabaya terkait hal tersebut.