Hari Lahir Pancasila, Dosen Unair: Bonus Demografi 2045 Jangan Menjadi Petaka
Hari ini, masyarakat Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila. Tema yang diusung pada peringatan tahun ini adalah “Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045”.
Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Dr. Listiyono Santoso mengatakan, saat ini masyarakat kita memiliki masalah dalam mengaktualisasi setiap nilai yang terkandung dalam Pancasila menurut konteks kekinian.
“Saya pernah mengatakan bahwa tidak penting kita berbicara kalau 1 Juni adalah Hari Lahir Pancasila. Akan tetapi, yang penting adalah bagaimana kita melahirkan Pancasila itu,” kata Listiyono, Sabtu 1 Juni 2024.
Menurutnya, Pancasila sebagai idealitas bangsa Indonesia untuk menatap masa depan harus berbasis pada kelima nilai-nilai yang ada.
“Sebenarnya desain itu sudah lama ada, sila pertama dan sila kedua sebagai asas moral dalam bernegara, sila ketiga dan sila keempat adalah sistem bernegaranya, sila kelima adalah tujuan bernegara untuk mencapai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” jelasnya.
Listiyono juga menjelaskan, perlu ada strategi dua arah dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada tiap-tiap pribadi dalam masyarakat. Pertama, melalui pembiasaan dan penciptaan perilaku sehari-hari. Kedua, melalui kebijakan-kebijakan negara yang menunjukkan sebuah amanah kebangsaan yang dijalankan pemerintah.
“Yang pertama, dengan strategi mendorong namanya rekayasa budaya. Yang kedua dengan strategi memaksa namanya teknologisasi budaya,” ujar Listiyono.
Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia ini juga mengungkapkan, kedua strategi tersebut akan mendorong masyarakat untuk mengimplementasi setiap butir dan nilai Pancasila dan menciptakan sebuah sistem untuk memaksa orang berperilaku positif.
“Pemaksaan dalam konteks ini tidak bermakna negatif tapi positif. Agar orang membiasakan menciptakan perilaku yang positif. Sehingga selain ada yang mendorong, ada juga yang mengatur sistem itu,” terangnya.
Listiyono juga mengungkapkan bahwa harapan menyongsong Indonesia Emas 2045 merupakan sebuah keninscayaan untuk diraih. Ia berharap mimpi itu juga tidak boleh dibangun di atas angan-angan semata.
“Kita punya modal sosial untuk mewujudkan itu. Maka dari itu, bonus demografi itu harus dikelola dengan baik. Jangan sampai bonus demografi itu menjadi petaka demografi,” ungkapnya.
Senada dengan pernyataannya tersebut, Listiyono menyebutkan pada 2045, jumlah penduduk yang menginjak usia produktif di Indonesia diprediksi mencapai 60 persen, sehingga fase itu dapat dikatakan sebagai sebuah bonus.
“Itu akan menjadi bonus kalau kita kelola dengan baik, tapi itu akan menjadi sebuah petaka demografi kalau kita salah mengelola bonus itu,” tutupnya.
Advertisement