Hari Kelahiran Chrisye, Google Mengenang Sang Legendaris
Google setiap harinya memajang tokoh atau peristiwa penting di laman utama pencariannya. Hari ini, Senin 16 September, perusahaan tersebut memajang sosok penyanyi legendaris asal Indonesia, yakni Chrisye.
Google Doodle merayakan ulang tahun penyanyi kelahiran Jakarta, 16 September 1949, dengan memajang ilustrasi pelantun lagu 'Pergilah Kasih' di laman utama pencarian.
Adapun Google Doodle di laman utama pencarian, tampak sosok Chrisye dengan ciri khasnya, rambut sebahu, sembari memegang gitar dengan berlatarkan lilin yang membentuk kata Google.
Tujuh puluh tahun yang lalu, sang penyanyi lahir dengan nama Christian Rahadi. Kemudian ia berubah menjadi Chrismansyah Rahadi, dan terkenal dengan nama Chrisye.
Sosok penyanyi yang memiliki vokal khas ini tutup usia dalam usia 57 tahun di rumahnya di Jalan Asem II Nomor 80, Cipete, Jakarta Selatan, pada 30 Maret 2007.
Semasa berkarir di industri musik Indonesia, Chrisye telah menelurkan 31 album, termasuk dengan Guruh Gipsy, 21 album studio, dan sembilan album kompilasi.
Dengan pencapaian tersebut, wajar bilamana Chrisye ditahbiskan sebagai legenda musik Tanah Air dan tampil sebagai Google Doodle.
Chrisye merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan suami istri Laurens Rahadi (Lauw Tek Kang), seorang wirausaha keturunan Betawi-Tionghoa, dan Hanna Rahadi (Khoe Hian Eng), seorang ibu rumah tangga keturunan Sunda-Tionghoa.
Sejak duduk di bangku SD, Chrisye sudah rajin mendengarkan musik dari piringan hitam milik ayahnya. Saat itu, Chrisye bernyanyi mengiringi lagu-lagu Bing Crosby, Frank Sinatra, Nat King Cole, dan Dean Martin. Saat SMA, Chrisye membeli gitar bas dan mempelajarinya.
Bakat bermusik dan nyanyi Chrisye pun berkembang hingga ia dewasa. Ia bergabung dalam band Sabda Nada pada 1968.
Namun, riwayat Sabda Nada tak berumur panjang. Grup musik ini kemudian bermetamorfosis menjadi Gipsy pada 1969.
Setelah bongkar pasang personel, band ini terbang ke New York, Amerika Serikat, dan menjadi homeband di Ramayana Restaurant selama kurang lebih satu tahun (1971-1972).
Saat pulang ke Tanah Air, Chrisye bersama Gipsy berkolaborasi dengan Guruh Soekarnoputra, membuat sebuah album rekaman.
Kolaborasi ini menghasilkan album rock yang diberi judul Guruh Gipsy. Album ini memadukan unsur-unsur tradisional gamelan Bali dan instrumen konvensional.
Sejak itulah nama Chrisye mulai diperhitungkan dalam kancah musik di Tanah Air. Warna vokal yang khas, serta makna mendalam dalam tiap lagu, membuat pelantun 'Lilin-Lilin Kecil' itu menjadi idola kaum tua dan muda. Berbagai penghargaan nasional dan internasional pun diraihnya.
Chrisye bergabung dengan band Gipsy awal 1970-an. Ia menggantikan bassis pada band yang saat itu tengah populer.
Namun, aksi solo Chrisye sebagai penyanyi justru yang melejitkan namanya. Berbagai lagunya menjadi hits, sebut saja Sabda Alam, Kidung, Hening, Cintamu T`lah Berlalu, dan Pergilah Kasih.
Lagu-lagu yang dinyanyikan Chrisye memang banyak. Maklum, dia telah menghasilkan sekitar 40 album, baik solo maupun kerja bareng dengan sejumlah musisi dan penata musik, antara lain Jockie Soerjoprajogo, Addie M.S., dan Erwin Gutawa.
Tak mengherankan bila Chrisye disebut penyanyi legendaris dari zaman ke zaman. Tak banyak aksi panggungnya, tapi Chrisye kerap mendapat tempat tersendiri di hati penggemarnya. Lagu-lagunya tak sekadar mengumbar romantisme, namun ada kedalaman makna.
Awal 2000, Chrisye kembali menggebrak dengan konser Badai Pasti Berlalu. Digarap ulang bersama Erwin Gutawa, lagu-lagu lama yang dinyanyikan kembali menjadi hits.
Meski sudah makan asam garam dunia musik, Chrisye tak lantas menjadi tinggi hati. Ia tak sungkan berkolaborasi bersama sejumlah grup band terkini.
Pada 2004 lahirlah Senyawa, album Chrisye yang berduet bersama grup band muda.
Meski secara fisik Chrisye sudah telah tiada, puluhan karyanya yang ada saat ini masih tetap dinikmati oleh berbagai penikmat musik berbagai umur.