Hari Kedua Simulasi SMP Surabaya, Belum Bisa Dievaluasi
Simulasi sekolah tatap muka untuk jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Surabaya Sudah dimulai sejak Senin, 7 Desember 2020 kemarin. Hasil dari simulasi ini akan menjadi catatan bagi sekolah lainnya agar bisa lebih baik ketika sekolah tatap muka benar-benar dibuka nantinya.
Agar para siswa semangat mengikuti simulasi yang sudah berjalan dua hari ini, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, pun mendatangi salah satu SMP di Surabaya, yakni SMPN 1 Surabaya. Kedatangan Risma kali ini untuk memberikan semangat kepada siswa yang sedang mengikuti pelajaran.
"Hari ini masih hari pertama anak-anak masuk sekolah karena sebelumnya belajar di rumah. Paling penting adalah membangkitkan semangat anak-anak karema sudah terlalu lama belajar di rumah," ujar Tri Rismaharini ditemui di SMPN 1 Surabaya.
Risma mengungkapkan, akan ada evaluasi dan kajian terkait dari simulasi tersebut. Sehingga, saat sekolah tatap muka benar-benar dibuka, penerapan protokol kesehatan di sekolah-sekolah lainnya di Surabaya bisa lebih baik lagi.
"Apa yang terjadi akan mejadi experience bagi kami agar tidak terjadi di tempat lain. Sehingga kalau Januari pemerintah pusat sudah mengizinkan masuk, kita punya experience," jelasnya.
Risma juga mengingatkan, agar protokol kesehatan, khususnya kewajiban 3M tetap dijalankan pada simulasi ini. Protokol kesehatan yang dimaksud adalah protokol sesuai dengan standar kesehatan yang diterapkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya, Supomo mengungkapkan, sampai hari kedua ini simulasi masih berjalan sesuai rencana.
Namun saat ditanya mengenai bahan evaluasi dari hari pertama simulasi, Supomo mengatakan, masih belum ada evaluasi lantaran jumlah siswa yang masuk masih terukur atau dibatasi.
"Hal sulit dan harus diantisipasi ke depannya ketika jumlah siswa yang hadir adalah jumlah siswa normal," kata Supomo ditemui di lokasi yang sama.
Diketahui, ada 14 sekolah SMP di Surabaya yang menjalankan simulasi pembelajaran tatap muka dengan jumlah siswa yang dibatasi.
"Sebanyak 14 sekolah ini yang memenuhi SOP, seperti persetujuan orang tua, pernyataan dukungan komite sekolah, sarana dan prasarana, pembentukan satgas, dan pelatihan satgas Covid-19 di sekolah," tutupnya.