Hari Kebaya Nasional, Pegiat Kebaya dan Jurnalis Tulis Buku Kebaya Kaya Gaya
Ada yang istimewa dari hiruk pikuk dan kegembiraan menyambut serta merayakan Hari Kebaya Nasional perdana tanggal 24 Juli 2024. Lima Pegiat kebaya dan jurnalis berkolaborasi menulis buku 'Kebaya Kaya Gaya, Selaras Mengikuti Zaman" untuk menambah literasi tentang kebaya di Indonesia.
Buku setebal 200 halaman ini ditulis oleh Atie Nitiasmoro, Indiah Marsaban, Rini Kusumawati, Tingka Adiati dan Elvy Yusanti.
Sebagai penggagas, Atie mengatakan, bahwa buku ini sebagai wujud kegembiraan ditetapkannya Hari Kebaya Nasional oleh Presiden Jokowi melalui Keppres No 19 Tahun 2023.
Buku ini juga untuk mendokumentasikan kisah panjang perjuangan ratusan perempuan yang tergabung dalam berbagai komunitas mengampanyekan kebaya kembali menjadi pakaian sehari-hari perempuan Indonesia.
"Ditetapkannya Hari Kebaya Nasional bermula dari harapan para pegiat kebaya yang tak kenal lelah mengampanyekan kebaya menjadi pakaian sehari-hari perempuan Indonesia sekaligus menjadi perekat persatuan nasional," ujar jurnalis yang juga istri Duta Besar RI di Vatikan Trias Kuncahyono, Rabu 17 Juli 2024.
Sementara itu, data Kemendikbudristek menyebutkan Indonesia terdiri dari 1.340 suku dan sub suku serta 718 bahasa daerah.
Atie yang juga anggota Timnas Pengajuan Hari Kebaya Nasional mengungkapkan, gerakan berkebaya yang digaungkan lebih dari 10 tahun ini tidak hanya mengingatkan untuk melestarikan budaya bangsa, tapi juga sekaligus memberi multiplier effect bagi perekonomian Indonesia. Permintaan akan kebaya meningkat pesat pada designer dan UMKM yang sebagian besar pelakunya adalah perempuan.
Tingka Adiati dan Elvy Yusanti menulis menggeliatnya bisnis kebaya dengan perlengkapannya seperti wastra, batik, tenun dan aksesoris. Buku yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas ini juga mengulas sejarah masuknya kebaya di Indonesia.
Rini Kusumawati, Doktor Sosiologi menyajikan awal mula masuknya kebaya ke nusantara, jauh sebelum negara Indonesia berdiri.
Rini menelusuri jejak masuknya sejarah berdasarkan tahun-tahun masuknya para pedagang dari Portugis, Persia, Tionghoa, Belanda dan Arab ke nusantara. Kebaya merupakan proses persilangan budaya yang panjang.
Bahkan kata kebaya juga bermula dari kata Cabai, Qaba, Cambay maupun Cambaia. Model kebaya pun semula berbentuk blus dengan kerah V, lalu berkembang menjadi baju luaran seperti jaket panjang hampir menyentuh mata kaki.
Dalam perkembangannya model kebaya beragam mengikuti karakteristik masing daerah di pulau Jawa dan luar pulau Jawa. Indiah Marsaban, anggota Timnas Hari Kebaya dan juga pengajar di FIB UI menyajikan berbagai jenis kebaya di tanah air, baik model dan sejarahnya, seperti kebaya noni, kebaya janggan dan kebaya labuh. Nama kebaya pun juga beragam di berbagai daerah.
Pendiri dan Ketua Rumah Budaya Sekar Ayu Jiwanta menyambut baik terbitnya buku Kebaya Kaya Gaya. Emi sepakat bahwa kebaya menjadi pemersatu Indonesia. Mari bergandengan tangan, saling bekerja sama.
"Peringatan Hari Kebaya Nasional yang pertama ini kita jadikan momentum untuk saling bergandengan tangan, bekerja sama untuk kemajuan Indonesia," ajak Emi kepada semua perempuan Indonesia.
Advertisement