Hari Kartini, Ini Kisah Cerita Sopir Perempuan Surabaya Bus
Semangat emansipasi wanita yang diwariskan RA Kartini ditunjukkan oleh Eka Hardianti Suteja, perempuan yang berprofesi sebagai sopir bus Suroboyo.
Setiap hari ia menjalankan pekerjaannya seperti biasa. Tetapi, ada yang istimewa hari ini. Memperingati hari Kartini, 21 April Eka mengenakan kebaya.
Menurutnya, apa yang dilalukan adalah bentuk dari emansipasi wanita seperti diwariskan RA Kartini.
"Kenapa saya jadi driver? Ini tantangan baru untuk saya. Sebelumnya belum pernah mengemudikan bus. Ini baru pertama kalinya di Suraboyo Bus. Ada tantangan tersendiri, macet pakai mobil besar," jelasnya saat ditanyai alasan menjadi supir bus.
Menjadi sopir bus ini jarang dilakukan kaum perempuan. Sehingga, ketika Eka melakukan pekerjaan yang mayoritas dilakukan pria ini terkadang membuat penumpang kaget.
"Makanya mereka sering bilang pengemudinya perempuan. Mungkin yang saya tahu di Surabaya driver perempuannya kurang, apalagi driver mobil angkutan umum. Banyak yang kaget kok bisa nyetir bus," ujar perempuan 31 tahun ini.
Meski demikian, banyak pula kaum wanita yang mengapresiasi profesi yang dilalukannya. "Mereka bilang hebat mbak. Lanjutkan," ujarnya menirukan apa yang dikatakan para penumpang bus.
Ia mengatakan, apa yang dilakukan hari ini tak terlepas dari perjuangan RA Kartini mengenai hak-hak perempuan yang sama dengan kaum laki-laki.
"Saya merasa jadi lebih kuat. Untuk ke depannya tidak ada perbedaan antara laki-laki dengan perempuan," imbuhnya.
Hari Kartini ini ia berpesan kepada para perempuan untuk tidak takut mencoba hal yang baru, harus percaya diri. Karena menurut ibu satu anak ini tidak ada perbedaan profesi antara laki-laki dan perempuan.
"Apa yang dikerjakan laki-laki juga bisa dikerjakan perempuan. Penting bagi perempuan untuk menjadi mandiri," tandasnya.
Advertisement