Hari Disabilitas Internasional, Cerita Para Relawan Pendamping
Dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional (HDI), pada 3 Desember lalu, sebuah cerita mengenai perjuangan pendamping disabilitas hadir dari para relawan kampus Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Relawan umumnya berasal dari mahasiswa jurusan Pendidikan Luar Biasa (PLB). Para relawan selalu ada di setiap kegiatan yang melibatkan para penyandang disabilitas. Tugas mereka banyak dan cukup vital.
Salah satu relawan yang menceritakan kisahnya ialah Fathurrahman Sitorus. Mahasiswa jurusan PLB FIP UNESA itu telah mengabdikan diri sebagai relawan sejak tahun 2020. Awalnya ingin menambah pengalaman dan banyak belajar seputar tata cara berinteraksi dengan teman-teman disabilitas.
"Saya banyak terlibat dalam proses belajar teman-teman disabilitas. Mendampingi ketika pelaksanaan TEP (Test of English Proficiency), membuat lomba-lomba di hari disabilitas dan melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran mengenai anak berkebutuhan khusus," cerita Fathurrahman.
Dalam perjalanannya sebagai relawan, ada banyak pelajaran yang ia dapatkan. Bisa semakin bersabar dan memahami orang lain. Kemudian juga belajar mengabdikan diri untuk memudahkan urusan sesama.
“Entah mengapa ada kebanggaan tersendiri yang saya rasakan,” tuturnya.
Selain itu, Fathurrahman juga semakin sadar dan paham cara berinteraksi dengan para penyandang disabilitas. Seperti ketika mendampingi tunanetra, itu ada cara khusus untuk menuntun.
"Saat pandemi, cara berbicara dengan tunarungu harus membuka masker atau menggunakan masker khusus untuk mempermudah mereka dalam membaca gerak bibir dan kita dukung dengan bahasa isyarat,” ungkapnya.
Tugasnya untuk membantu proses belajar mahasiswa berkebutuhan khusus ini dilaksanakan secara berkelanjutan setiap tahunnya.
Guna mempermudah pemahaman dan tata cara interaksi, usai perekrutan relawan, Pusat Studi Layanan Disabilitas (PSLD) Unesa menyelenggarakan pelatihan dengan mengundang guru besar bidang inklusi, dosen, mahasiswa disabilitas, komunitas dan alumni untuk berbagi pengalaman dan cerita.
Pengalaman serupa juga datang dari Tuti Mulyani. Ia adalah mahasiswi dan seorang tunanetra. Sebagai relawan, tugasnya membantu mahasiswa disabilitas lain dalam mengakses berbagai layanan kampus. Ia bahkan menjadi penghubung bagi teman-teman disabilitas ketika pelaksanaan TEP.
“Saya bertugas untuk mengonfirmasi dan menjelaskan mekanisme pelaksanaan TEP kepada teman-teman disabilitas, juga mengenalkan layanan pendidikan daring di Unesa, seperti vi-learn, google classroom dan lain-lain,” terangnya.
Menurut Tuti Mulyani, membantu dan memudahkan urusan orang lain pada dasarnya ia merasa seperti memudahkan urusannya sendiri. Dengan begitu, ada rasa lengah dan bahagia yang tidak didapatkan di tempat lain.
Selain itu, Tuti Mulyani juga bisa memotivasi teman-teman disabilitas lain untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
"Karena kita punya peluang dan hak yang sama untuk sukses. Saya selalu ajak mereka untuk membuktikan kepada dunia bahwa kita mampu,” tambahnya.