"Hari Demi Hari, Tahun Demi Tahun, Abad Demi Abad."
Tarbiyah Cinta (3)
"Hari Demi Hari, Tahun Demi Tahun, Abad Demi Abad."
Maka berlalu lah hari-hari yang indah ini, waktu demi waktu, hari demi hari, tahun demi tahun, abad demi abad
Siapa yang tak mengisi hidupnya dengan cinta kasih dan rasa syukur kepada Tuhan, maka ia takkan tak pernah menghormati betapa berharganya waktu bagi umat manusia untuk mengenal Kebesaran Tuhan, hari demi hari, tahun demi tahun, abad demi abad.
Yang kucintai di dunia ini, kekasih, selamanya kucintai, seperti ufuk menemukan fajar, seperti matahari menyinari bumi, seperti ayat-ayat langit yang menjaga cahaya kebenarannya, hari demi hari, tahun demi tahun, abad demi abad.
.
Engkau kekasih dan aku mencintaimu.
Apa yang telah kucintai, kekasih, akan selalu kucintai, laksana matahari yang tak henti-hentinya mencintai bumi selama-lamanya, lalu bumi berputar demi menjaga orbitnya pada matahari, hari demi hari, tahun demi tahun, abad demi abad.
Dan, apa yang kucintai dulu, sekarang, atau esok dan yang akan datang, kekasih, akan kucintai sampai akhir hidupku, hingga aku lemah dan menua yang tak bisa membedakan antara mimpi atau kenyataan, maka aku akan terus berayukur atas anugerahbTuhan, hari demi hari, tahun demi tahun, abad demi abad.
Pikiranku, hatiku dan cinta kasihku, adalah cintaku pada Sang Maha Cinta. Cinta yang dijaga dan dirawat dengam rasa syukur dan hormat kepada Tuhan adalah cinta yang paling terhormat di hati umat manusia, hari demi hari, tahun demi tahun, abad demi abad.
Hati dan perasan manusia telah disempurnakan Tuhan dengan hati yang bisa melihat dan membedakan baik dan buruk, mana kehormatan mana kehinaan, mana keindahan jalan sunyi menuju Tuhan ---- atau campur aduknya impian dan rekaanmu sendiri sehingga kau dijauhkan dari Jalan Lurus Tuhan menuju Tuhan, hari demi hari, tahun demi tahun, abad demi abad.
Hati, ruh, jiwa, hasrat dan pikiran adalah lima hal yang hanya bisa terawat dan terjaga dengan cinta kasih dan kasih sayang kepada umat manusia dan Tuhan.
Kebenaran, tak berjalan sendirian, tapi ia ditemukan oleh hati yang dipersiapkan, oleh ruh yang disucikan, oleh jiwa yang dipertaruhkan, oleh hasrat yang diajarkan dan pikiran yang terus-menerus ditularkan umat manusia, hari demi hari, tahun demi tahun, abad demi abad
Hati, ruh, jiwa, hasrat dan pikiran adalah cara kebenaran menampakkam wujud sebagai kemanusiaan.
Semakin besar ikhlas dan sabarmu maka semakin besar pula jiwamu menerima kehidupan.
Semakin besar kesenangan dan kesedihan yang kau satukan dalam hatimu, maka semakin besar hasrat dan pikiranmu kepada kehidupan dan kepada umat manusia, hari demi hari, tahun demi tahun, abad demi abad.
Jika manusia kehilangan hasratnya, kekasih, ia akan kehilangan daya kemanusiaanya.
Jika manusia hilang pikirannya maka ia tak beda dengan makhluk melata lainnya.
Binatang memiliki nyawa, tapi tak punya ruh.
Tumbuhan punya kehidupan, tapi tak punya hati.
Alam semesta punya dunianya sendiri-sendiri tapi tak punya kehendak.
Karena sehelai daun gugur pun, itu Kehendak Tuhan
Manusia yang kehilangan kemanusiaanya, ia kehilangan Tuhan.
Manusia yang kehilangan ketuhanannya, ia akan kehilangan kemanusiaan sekaligus kehilangan Tuhan, hatinya kosong, kering dan mengeras seperti dialami umat manusia yang tak berketuhanan, hari demi hari, tahun demi tahun, abad demi abad
Padahal Tuhan itu dekat, bahkan lebih dekat dari urat lehermu sendiri, bahkan lebih dekat lagi. Tapi manusia selalu bertanya di manakah Tuhanku berada, apakah Ia mengabulkan doa-doaku, atau doa-doa yang di panjatkan umat manusia, hari demi hari, tahun demi tahun, abad demi abad. (*)
(damarhuda)
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Al-Baqarah: 186)