Hari Bumi di Tengah Pandemi, Ilmuwan Minta Jangan Abaikan Sains
22 April 1970, dunia merayakan Hari Bumi yang pertama kalinya. Tahun ini, Hari Bumi yang ke 50, penduduknya memperingati dalam pandemi covid-19.Para ahli menyebut kondisi pandemi di tahun ini akibat pemerintah di dunia yang abai terhadap ilmu pengetahuan.
"Pandemi menyediakan bukti sebuah konsekuensi nyata dari pemerintahan yang mengabaikan sains," kata aktivis lingkungan dan ahli biologi lautan, Rick Steiner.
Abai terhadap pengetahuan bisa menempatkan bumi pada risiko yang sama, yaitu perjumpaan dengan banyak penyakit zoonosis, seperti covid-19.Sebab menurut Senator di Amerika Serikat, Tom Udall, selama ini ilmuwan mengingatkan manusia jika upaya perusakan terhadap alam, habitat dan batas alam antara manusia dan kehidupan alam liar, akan menyebabkan meningkatnya penyakit zoonosis.
Dalam rangkaian Hari Bumi, ia juga meyakinkan jika manusia terus melakukan tindakan yang menyebabkan perubahan iklim maka krisis kesehatan yang disebabkan covid-19 hanya akan menjadi awal dari serangkaian krisis lainnya.
John Opperman, Eksekutiv Direktur dari Inisiatif Hari Bumi mengatakan "pengabaian terhadap sain dan fakta dasar akan membunuh manusia. Langkah itu memperbesar epidemi dan menjauhkan dari jawaban atas masalah perubahan iklim," katanya.
Di Hari Bumi, ilmuwan perubahan iklim asal Texas Katherine Haydoe menambahkan jika pandemi telah mengajarkan manusia untuk mengetahui hal yang paling penting, yaitu kesehatan dan keamanan keluarga, serta komunitas manusia di dunia.
"Inilah yang dibawa oleh pandemi. Hal yang sama juga jadi ancaman dari perubahan iklim. Maka hanya itu yang harus kita pedulikan, peduli pada perubahan iklim artinya pedulia pada kehidupan manusia di bumi," katanya, dialihbahasakan dari USA Today.