Hari Batik, Ipuk Fiestiandani Kunjungi Maestro Batik
Ada seorang maestro batik di Banyuwangi, Jawa Timur, yang sudah berusia 80 tahun. Dia bernama Kulsum. Perempuan ini tinggal di Jalan Bogowonto, Kelurahan Temenggungan, Banyuwangi. Perempuan ini sudah membuat batik sejak zaman penjajahan Jepang.
"Turun temurun keluarga saya pembatik," kata perempuan yang sudah belajar membatik sejak kelas V Sekolah Dasar ini, Jumat, 2 Oktober 2020.
Temenggungan merupakan kampung pertama di Banyuwangi yang menjadi sentra pembuatan batik tulis khas Banyuwangi. Bahkan sebelum kemerdekaan masyarakatnya sudah membatik. Temenggungan bisa disebut sebagai kampung penghasil perajin batik di Banyuwangi.
Kulsum membuat batik seorang diri. Mulai dari proses menggambar, mencanting, hingga pewarnaan dia lakukan seorang diri. Untuk proses mencanting dia menggunakan kayu bakar bukan kompor, karena menurutnya hasil yang didapatkan berbeda.
Dalam sebulan Kulsum bisa membuat sekitar 20 batik tulis. Motif batiknya asli Banyuwangi seperti Gajah Uling, Paras Gempal, Sekar Jagad dan lain sebagainya.
Saat ini, hanya di daerah tempat tinggal Kulsum yang masih mempertankan pembuatan batik tulis secara tradisional. Karena banyak rekan seangkatannya yang telah meninggal dunia.
"Temenggungan sini juga dulu banyak sekali perajin batik, tapi mungkin tinggal saya yang masih menggunakan cara kuno seperti ini," jelasnya.
Pada Hari Batik Nasional, calon Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, mengunjungi rumah Kulsum. Tak disangka, Kulsum memberikan batik koleksinya yang sudah berumur puluhan tahun pada Ipuk.
Batik kuno dengan motif khas Banyuwangi itu merupakan pemberian dari Ibunda Kulsum saat dirinya masih anak-anak. Sebagai kenang-kenangan Kulsum membubuhkan tanda tangannya pada batik kuno bermotif gedegan itu.
“Saya tidak menyangka diberi hadiah ini. Apalagi beliau juga berkenan membubuhkan tanda tangannya. Ini akan menjadi pengingat buat saya untuk terus memberdayakan para perajin batik,” ujarnya.
Ipuk mengatakan batik bukan hanya soal pakaian, bukan hanya soal aktivitas ekonomi. Tapi juga mewakili etos, ketekunan, dan daya kreasi para desainer sampai pembatik di kampung-kampung.
Dia bersyukur dunia batik di Banyuwangi terus berkembang seiring kemajuan daerah. Perajin batik bermunculan dengan karya-karya yang hebat. Anak-anak muda Banyuwangi pun semakin semangat belajar batik.
"Insya Allah bersama-sama ke depan UMKM batik akan semakin maju dengan pendampingan hingga fasilitasi pemasaran. Ayo terus mencintai batik Banyuwangi, memakai batik Banyuwangi, memberdayakan para perajin batik lokal," ujarnya.