Hari Batik, Eksistensi Perajin Batik Tradisional di Sidoarjo
Batik tulis Sari Kenongo yang berasal dari Kecamatan Tulangan, Sidoarjo, eksis hingga generasi ketiga. Ini karena perajin mempertahankan motif bayeman dan sunduk kentang yang menjadi ciri khasnya.
Namun demikian, pemilik batik Sari Kenongo khawatir akan kelestarian batik kebanggaannya. Sebab generasi muda minim kepeduliannya dengan batik Sari Kenongo yang menjadi warisan leluhurnya.
Batik tulis Sari Kenongo merupakan batik tulis tradisional berasal dari Desa Kenongo, Kecamatan Tulangan, Sidoarjo. Dahulu, ibu-ibu rumah tangga banyak yang berprofesi sebagai pengrajin batik, membuat Desa Kenongo dijadikan salah satu sentra industri batik tulis di Kabupaten Sidoarjo. Pengrajin batik yang usianya mayoritas sudah lanjut, lambat laun jumlahnya semakin berkurang dan saat ini di generasi Ketiga hanya tinggal sekitar 20 orang saja yang masih berproduksi.
Lintang Septianti Hartono, penerus generasi ketiga batik tulis Sari Kenongo mengatakan, tantangan terberat bagi pengusaha batik Sari Kenongo saat ini, bukan pada kualitas batiknya. Namun bagaimana caranya agar batik Sari Kenongo tetap ada dan menjadi ciri khas Kabupaten Sidoarjo.
"Sebenarnya kami khawatir akan kelestarian batik kebanggaan kami karena minimnya generasi muda yang mau dan peduli dengan batik Sari Kenongo yang menjadi warisan leluhurnya," ucap Lintang, Minggu, 2 Oktober 2022.
Perempuan 34 tahun ini dihadapkan pada tuntutan agar batik Sari Kenongo yang saat ini sudah mematenkan motif bayeman dan sunduk kentang ini tetap ada dan eksis. Upaya Lintang melestarikan budaya membatik yaitu dengan membuka pintu lebar bagi sekolah-sekolah kejuruan untuk menitipkan siswa-siswinya magang minimal enam bulan membuat batik tulis hingga manajemen penjualannya.
"Upaya kami, memberikan pemahaman kepada generasi muda dan menanamkan kecintaannya pada batik, ini menjadi tantangan yang tersulit saat ini. selain menerima sebanyak-banyaknya siswa magang, kami juga kerap mengikuti workshop hingga pameran batik baik dari Dekranasda Kabupaten hingga provinsi," imbuhnya.
Di rumah produksinya yang kedua di Desa Sarirogo, Sidoarjo, Lintang dan beberapa pekerja dari SMK tekstil Kecamatan Jabon, Sidoarjo setiap hari tetap memproduksi batik Sari Kenongo yang kebanjiran pesanan dari luar Kota, bahkan dari sebuah sekolah di provinsi Papua.
"Selain dikerjakan di sini, sebagian batik juga dikerjakan di rumah dan hasilnya disetor kembali. Satu helai batik tulis Sari Kenongo bisa diselesaikan satu hingga enam bulan. Maka, harganya pun juga semakin mahal tergantung tingkat kesulitan dalam pembuatannya," terang Lintang.
Harga untuk satu helai batik tulis Sari Kenongo dibanderol dengan harga Rp 350.000 hingga yang termahal Rp15 juta. Sedangkan batik Printing satu helainya seharga Rp 150.000 hingga Rp 250.000.
Lintang menambahkan, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo terus berupaya mengembangkan dua sentra batik tradisional yang ada di Kabupaten ini yakni batik Jetis dan batik Sari Kenongo sendiri. Di Tengah serbuan batik printing, batik tradisional masih terus dicintai dan diminati pasar karena keunikannya.
"Para perajin pun juga merasa karyanya dihargai karena hal tersebut merupakan warisan nenek moyang yang patut dilestarikan. Di hari batik nasional yang jatuh pada hari ini, patut kiranya generasi muda semakin mencintai batik yang kini sudah diakui oleh Unesco sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia," tutupnya.