Hari Anak Nasional, Surabaya Bebas Kekerasan dan Pernikahan Dini
Memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2023, Pemkot Surabaya kembali menyuarakan "Stop Kekerasan dan Pernikahan Dini". Kampanye ini dilakukan dihadapan ratusan siswa sekolah se-Surabaya di car free day (CFD) Bungkul, Minggu, 23 Juli 2023.
Acara tersebut diikuti oleh 20 perwakilan Forum Anak Surabaya (FAS), 200 anak PAUD, 300 siswa SD, 400 siswa SMP, dan 200 siswa SMA/SMK. Sembari membentangkan spanduk, Walikota Eri Cahyadi beserta jajarannya di Pemkot Surabaya ikut berjalan bersama.
Eri Cahyadi mengatakan, peringatan HAN tahun ini harus menjadi kebangkitan anak Surabaya untuk berani menyuarakan pendapat, berbicara, hingga mengeluarkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Dengan adanya parade ini, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya periode 2018-2020 ini berharap, para orang tua mau mengerti dan memahami keinginan dan menampung kreativitas anak-anaknya.
“Maka orang tua jangan pernah lupa untuk menciptakan mendidik anak-anak yang memiliki akhlakul karimah dan memiliki jiwa seorang pemimpin,” ujarnya dihadapan wali murid yang hadir.
Sebelum memberangkatkan rombongan Parade Stop Kekerasan dan Pernikahan Dini pada Anak, Eri Cahyadi berpesan kepada anak-anak yang hadir untuk menjaga diri dari ancaman. Dalam kesempatan itu pula, ia ingin para orang tua menjaga anak-anak di Kota Surabaya.
“Sehingga anak harus kita jaga betul bagaimana tumbuh kembang anak bisa terus berkembang luar biasa di Kota Surabaya. Dan kegiatan ini harus terus dilakukan di tahun-tahun berikutnya,” tuturnya.
Parade Stop Kekerasan dan Pernikahan Dini pada Anak ini bagian dari upaya pemkot mewujudkan Surabaya sebagai Kota Layak Anak (KLA) Paripurna. Ia mengungkapkan, nilai Kota Surabaya sebagai KLA adalah yang tertinggi se-Indonesia.
“Surabaya nilainya 895, sedangkan untuk mencapai paripurna itu nilainya harus 900. Tapi alhamdulillah kemarin, nilai Kota Surabaya tertinggi dan jauh meninggalkan daerah lain,” ungkap Eri Cahyadi.
Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman, Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya periode 2017-2018 ini menambahkan, penghargaan KLA bukan segalanya ketika Kota Surabaya tidak nyaman bagi anak. Menurutnya, penghargaan itu hanya sebagian kecil dari langkah yang sudah diambil oleh warga Surabaya dalam mewujudkan KLA.
“Yang kita lakukan tidak menuju ke sebuah penghargaan, tapi bagaimana kita bisa terus menyuarakan hak anak, baik hadir dalam pembangunan kota, dan bagaimana membuat sadar orang tua untuk membimbing anak-anak ini bisa menjadi seorang pemimpin di masa depan,” tandasnya.
Advertisement