Hari Adhyaksa, Ini Tiga Legenda Jaksa Agung
Kejaksaan Republik Indonesia (hari Adhyaksa) tengah berulang tahun hari ini, Jumat 22 Juli 2022. Di tengah kritik atas kinerjanya, ada banyak tokoh penting yang lahir dari korps baju cokelat ini.
Dari 24 Jaksa Agung RI selama lembaga penegak hukum ini berdiri, ada tiga Jaksa Agung yang namanya banyak dikenang. Mereka adalah para Jaksa Agung RI yang punya dedikasi, sederhana dan dikenal tegas, berani dalam penegakan hukum. Keputusan yang diambil juga kehidupan sehari-hari, pun bisa banyak jadi panutan. Tak hanya untuk para jaksa karier, tetapi juga mengilhami generasi di zamannya.
Tiga legenda itu, Gatot Taroenamihardja, adalah Gatot Taroenamihardja, adalah Jaksa Agung RI pertama. Kemudian Kasman Singodimedjo dan Baharuddin Muhammad Lopa. Tiga tokoh yang lahir dan berkarier di zamannya ini, setidaknya bisa untuk panutan para jaksa sekarang ini.
Gatot Taroenamihardja
Mr Gatot Taroenamihardja lahir pada 24 November 1901 – 24 Desember 1971 di Sukabumi, jawa Barat. Gatot merupakan orang pertama yang dua kali memegang jabatan tersebut.
Gatot Taroenamihardja ditetapkan menjadi Jaksa Agung pada tanggal 19 Oktober 1945. Ketetapan yang diumumkan oleh Presiden Soekarno itu menandai eksistensi Kejaksaan dan Jaksa Agung sebagai lembaga dan jabatan penting di Indonesia. Pada tanggal 1 Oktober 1945, nama Gatot Taroenamihardja sebagai Jaksa Agung kembali diumumkan oleh Menteri Dalam Negeri dalam Maklumat Pemerintah. Masa jabatan Gatot Taroenamihardja sebagai Jaksa Agung pertama berlangsung sangat singkat. Sebab, pada tanggal 24 Oktober 1945, atas permintaan sendiri, ia diberhentikan dengan hormat oleh Presiden.
Dalam masa jabatannya yang singkat itu, Gatot Taroenamihardja sempat mengeluarkan satu maklumat dan satu instruksi. Dalam maklumat tanggal 1 Oktober 1945 yang diumumkan bersama-sama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kehakiman, dikemukakan antara lain kedudukan struktural organik Kejaksaan dalam lingkungan Departemen Kehakiman dan Jaksa Agung sebagai pemegang pimpinan Kepolisian Kehakiman.
Sementara dalam instruksinya tertanggal 1 Oktober 1945, secara gamblang dan tegas Jaksa Agung memerintahkan kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia untuk bertindak lebih keras menjaga keamanan, terutama terhadap Belanda-Belanda yang mau membinasakan Republik Indonesia
Kasman Singodimedjo
Mr. Kasman Singodimedjo menjadi Jaksa Agung pada 6 November 1945 – 6 Mei 1946. Kasman lahir di Purworejo, 25 Februari 1904. Sebelum menjadi Jaksa Agung, Kasman diangkat sebagai Ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), yang terbentuk secara resmi pada 29 Agustus 1945 atau lembaga parlemen pertama di Indonesia. Lembaga adalah cikal bakal DPR yang kini ada.
Guru Mua’limin Muhammadiyah ini, menjadi Jaksa Agung menggantikan Gatot Taroenamihardja. Saat menjabat, Kasman mengeluarkan maklumat Jaksa Agung No. 3 tanggal 15 Januari 1946. Isinya tertuju pada Gubernur, Jaksa, dan Kepala Polisi untuk membuktikan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Ia juga menekankan, Indonesia merupakan negara yang menyelenggarakan pengadilan cepat dan tepat. Berbagai perkara kriminal yang ditangani, harus segera diselesaikan.
Baharuddin Lopa
Susah melupakan sosok ini. Dia adalah Baharuddin Lopa, Jaksa Agung RI periode 2 Juni – 3 Juli 2001, Baharuddin Lopa, adalah seorang yang berani dan amanah dalam menjalankan tugasnya. Selain sebagai Jaksa Agung, pria kelahiran Polewali Mandar pada 3 Juli 1935 ini, pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Arab Saudi. Melansir Sindonews, keberanian Lopa membuat Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menunjuknya sebagai Jaksa Agung. Lopa dipercaya bisa menangani kasus-kasus korupsi dengan nilai fantastis. Salah satu kasus yang ditanganinya adalah kroni Soeharto.
Saat usianya baru menginjak 23 tahun, Lopa sudah menjadi jaksa di Kejaksaan Negeri Makassar. Tahun 1959, ia diangkat menjadi Bupati Majene pertama. Saat menjalankan tugasnya sebagai bupati, Lopa mendapati banyak pihak yang ingin menyuapnya. Dengan tegas, Lopa menolak dan tetap fokus bekerja untuk rakyat. Meskipun banyak mendapat ancaman, Lopa tak pernah takut.
Pada 9 Februari sampai 2 Juni 2001, Lopa menjabat Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI ke-23. Ia sempat memenjarakan pengusaha kayu dan Bob Hasan (mantan Menteri Perindustrian) ke dalam penjara.
Lopa meninggal dunia pada 3 Juli 2001, dalam usia 66 tahun di Riyadh, Arab Saudi.
Lembaga penegak hukum yang dipimpin Jaksa Aung ST Burhanuddin ini tengah berulang tahun. Banyak pekerjaan berupa kasus-kasus hukum yang belum tuntat. Dan Hari Adhyaksa adalah momentum tepat menuntaskan pekerjaan besar.