Harga Tomat di Jember Rp 200/kg, Petani Memilih Berbagi Gratis
Harga tomat di Kabupaten Jember saat ini anjlok. Harga di tingkat petani per kilogram hanya Rp 200-500.
Tak sedikit petani memilih tidak memanen buah tomat di ladang. Sebab, ongkos petik jauh lebih tinggi dari pada keuntungan yang didapat.
Berbeda dengan Jumantoro, warga Kecamatan Jelbuk, Jember. Ia membeli tomat dengan jumlah yang cukup banyak kepada petani untuk dibagikan secara gratis.
Selain di kecamatan tempat ia tinggal, hari ini, Senin, 12 Agustus 2024 ia membagikan tomat secara gratis di Bundaran DPRD Jember. Jumantoro membawa pikap berisi 500kg tomat lengkap dengan plastik untuk dijadikan bungkus.
Jumantoro berdiri di atas pikap mempersilakan warga mengambil tomat yang ia bawa. Tak butuh waktu lama, pedagang kali lima yang berada di dekat lokasi langsung mendekat.
Terlihat juga pengendara yang memilih berhenti untuk mendapatkan tomat secara gratis itu. Tak sampai setengah jam, tomat-tomat yang memenuhi pikap itu ludes. Jumantoro juga sempat membagikan tomat itu kepada anggota DPRD Jember.
Sebagai Ketua Asosiasi Petani Pangan Indonesia Jawa Timur, Jumantoro mengatakan, aksi bagi-bagi tomat gratis itu sebagai langkah memeriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-79.
Jumantoro menilai, meskipun Indonesia telah lama merdeka, namun masyarakat Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Terutama petani tomat.
Petani tomat saat ini gigit jari. Mereka akan menanggung rugi, karena harga tomat saat ini anjlok. Selain itu, harga terong dan jagung juga anjlok.
“Harga tomat saat ini sangat murah, di tingkat petani Rp 200–500 per kg. Harga ini tidak seimbang dengan modal tanam yang dikeluarkan petani. Harusnya minimal harga tomat Rp 2 ribu per kg,” katanya.
Meskipun petani tomat saat ini menangis, namun tak ada yang peduli. Kendati nasib baik belum berpihak petani tomat, Jumantoro tetap meminta para petani semangat bercocok tanam.
Di tengah harga tomat yang terjun bebas, Jumantoro mengimbau agar para petani memilih menyedekahkan tomat-tomat mereka.
“Dari pada dibuang atau dibiarkan begitu saja, lebih baik tomat-tomat para petani disedekahkan kepada masyarakat,” pungkasnya.
Sementara itu, dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan Jember Imam Sudarmaji mengatakan, terkait harga tomat pihaknya tidak bisa melakukan intervensi, sebab harga tomat saat ini ditentukan oleh pasar.
Harga tomat biasanya anjlok saat stok melimpah. Namun, harganya bisa melambung tinggi saat stok sedikit.
Kendati demikian, sejauh ini pihaknya telah berupaya agar petani tidak terlalu bergantung terhadap harga pasar. Salah satunya dengan program hilirisasi.
Program hilirisasi produk pertanian hanya dilakukan jika ada kolaborasi antara petani, petani milenial, dan wanita tani.
Melalui kolaborasi itu, petani bisa mengolah hasil panen mereka, lalu dipasarkan. Salah satu yang bisa dilakukan saat harga tomat anjlok, dengan membuat olahan tomat.
“Hilirisasi produk pertanian di Jember sudah ada embrionya. Salah satunya yang ada di Desa Andongsari, Kecamatan Ambulu. Di sana sudah ada rumah produksi sambal cabai, karena di sana komoditas terbanyak adalah cabai,” pungkasnya.
Advertisement