Supply and Demand Buruk, Jadi Penyebab Kenaikan Harga Telur
Setelah sempat naik sampai Rp 30, harga telur ayam di Surabaya kini sudah turun menjadi Rp 22 per kilogram. Penurunan harga ini bisa dijumpai di Pasar Wonokromo Surabaya, Kamis 26 Juli 2018.
Atas turunnya harga telur ayam ini, Dinas Peternakan Jatim, menyatakan bersyukur. Dengan turunnya harga telur ayam ini, berarti warga bisa lebih tenang lagi ketika hendak belanja ke pasar tradisional.
"Harga telur sudah kondusif. Sekarang trennya turun," kata Yoedy Hendri, Kepala Seksi Pemasaran Hasil Peternakan, Dinas Peternakan Jawa Timur, Kamis 26 Juli 2018.
Yoedy berharap harga ini tak naik lagi. Karena dapat mengganggu aktivitas masyarakat.
"Kita, pihak pemerintah terus berupaya untuk menjaga harga pangan tak naik," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Daerah, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Surabaya, Dendy R. Sutrisno mengatakan, untuk mencegah kenaikan harga di pasar tradisional, Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur harusnya mulai membangun sebuah manajemen supply and demand yang baik.
"Karena pasar tradisional sendiri masalah untuk manajemen supply and demand. Bandingkan saja dengan retail modern mereka lebih relatif stabil. Kenapa? Karena ada contraflow yang jelas antara supplier dan pedagangnya," ucapnya.
Dia pun berharap ke depan Pemkot maupun Pemprov dapat membangun system supply and demand yang baik. Sehingga pasar tradisional tak bergantung segelintir pelaku usaha saja. (hrs/amr)