Harga Sapi Melonjak, Pedagang Daging Sapi Jabodetabek Mogok
Pedagang daging sapi di wilayah Jabodetabek sepakat untuk mogok berjualan selama tiga hari, mulai hari ini, Rabu, 20 Januari 2021 hingga Jumat, 23 Januari 2021.
Sekretaris Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) DKI Jakarta, Tb Mufti Bangkit mengatakan, aksi mogok berjualan itu dilakukan sebagai bentuk protes atas melonjaknya harga daging sapi di rumah pemotongan hewan.
Mufti menjelaskan, harga per kilogram daging sapi yang belum dipisah antara tulang dan kulitnya adalah Rp95.000. Harga tersebut dinilai terlalu tinggi untuk dijual kembali ke pasar.
"Ditambah cost produksi, ekspedisi total Rp120.000. Sedangkan, harga eceran tertinggi ditetapkan pemerintah Rp120.000. Belum karyawan, belum pelaku pemotong sendiri. Kan harus (memberi uang) anak istri di rumah," kata Mufti saat dikonfirmasi, Rabu 20 Januari 2021.
Menurut Mufti, kenaikan harga daging sapi itu justru merugikan pedagang. Pasalnya, kenaikan harga itu melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Akibatnya, masyarakat enggan untuk membeli daging sapi lagi.
Harga daging sapi yang semula Rp94.000 per kilogram melambung hingga Rp105.000 per kilogram. "Kasihan masyarakat kalau kami naikan terlalu tinggi, tidak ada yang beli," katanya.
Munurut Mufti, lonjakan harga daging sudah dirasakan sejak empat bulan terakhir. Kenaikan harga itu diprediksi akan terus terjadi hingga April 2021.
"Diprediksi akan naik terus sampai dengan bulan Maret atau April dengan harga tertinggi Rp105.000 per kilogram per karkas. Sekarang itu harga per karkas masih Rp94.000," katanya.
Pedagang daging berharap, pemerintah pusat kembali mengimpor daging sapi dari Australia. Mufti menilai kebijakan impor daging sapi dari Australia bisa menstabilkan harga daging di pasaran sehingga tidak merugikan pedagang maupun pembeli.
"Australia yang market terbesarnya sejak 30 tahun, mereka semena-mena menjual dengan harga sapi tertinggi. Sapi yang dikasih Australia ke Indonesia sedikit sekali, tak cukup dengan permintaan pemerintah," kata Mufti.
Sekretaris Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) DKI Jakarta itu juga mengungkapkan bahwa 40 persen pedagang daging di Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi (Jadetabek) telah bangkrut.
Mereka tutup usaha dalam kurun waktu empat bulan terakhir karena tak bisa menjual daging sapi dengan harga yang tinggi. "Kami sudah rugi, pedagang-pedagang dari empat bulan lalu sudah gulung tikar, hampir 40 persen pedagang di Jabodetabek," kata Mufti.
Karena situasi ini, Mufti sudah mengirim surat ke Kementerian Pertahanan, Kementerian Perdagangan, dan Kantor Sekretariat Negara dengan maksud meminta solusi pemerintah.
Namun, Mufti tak mendapatkan respons apa pun.
"Tapi tak ada respons dari pihak terkait. Maka dari itu, tanggal 17 Januari kemarin kami rapat dan menghasilkan kesepakatan bahwa kami mogok berjualan daging, baik itu di pasar maupun di RPH," katanya.
Menurut Mufti, akar masalah melonjaknya harga daging sapi disebabkan oleh kebijakan pemerintah Australia selaku pihak yang mengekspor daging ke Indonesia. Pemerintah Australia dinilai menjual sapi dalam jumlah sedikit dan harga yang mahal.
Advertisement