Harga Obat di Indonesia Lebih Mahal Dibanding Tetangga
Harga obat di Indonesia disebut lebih mahal dibanding harga di negara tetangga. Perbandingannya bahkan bisa enam kali lipat jika dibandingkan harga di India.
Pakar kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Tjandra Yoga Aditama menyebut harga obat di Indonesia bisa enam kali lipat lebih mahal dari harga pasaran di India. Hal itu berdasarkan pengalamannya selama bertugas di negara tersebut, sejak 2016 hingga pensiun tahun 2020 di usia 65 tahun.
"Sebenarnya, informasi harga obat di Indonesia memang relatif lebih mahal dari negara tetangga. Memang sudah lama kita dengar, dan nampaknya belum kunjung teratasi sampai sekarang," kata Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu dikutip dari Antara, Kamis 4 Juli 2024.
Ia mencontohkan, harga satu tablet Atorvastatin 20 mg di apotek Jakarta Rp6.160. Harga tersebut enam kali lipat lebih mahal dari harga di India yang berkisar 4,9 Rupee India atau Rp1.000.
Sedangkan satu tablet Clopidogrel 75 mg di Jakarta Rp7.835. Harganya lima kali lebih mahal dari India yang hanya 7,7 Rupee India, atau Rp1.540. Telmisartan 40 mg di Jakarta Rp5.198, dan harga di India hanya 7,4 Rupee India atau Rp1.500. Kemudian obat hipertensi Concord 2,5 mg, harga di Jakarta Rp10.711, sementara harga di India hanya 7,8 Rupee India, atau Rp1.560. "Jadi untuk obat ini harga di Jakarta enam kali lebih tinggi dari harga di New Delhi," katanya.
Meski enam kali lebih murah, Tjandra menyebut mutu dan kualitas obat dari India dipenuhi secara baik. "Untuk saya misalnya, kadar kolesterol selalu terjaga baik dan tekanan darah selalu terkontrol baik, dengan obat-obatan yang rutin dikonsumsi ini," katanya.
Hal lain, semua kemasan obat di India selalu mencantumkan harga yang mudah dilihat konsumen. Pemerintah setempat juga mengontrol ketat harga obat.
Soal obat sebelumnya disinggung Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin usai rapat terbatas di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa 2 Juli 2024. Ia menyebut inefisiensi perdagangan menjadi salah satu penyebab harga obat di Indonesia mahal. "Sesudah kita lihat ada itu tadi, inefisiensi dalam perdagangannya, jual belinya, banyaklah masalah tata kelola, pembeliannya," katanya.
Menkes menyebut perlu ada tata kelola lebih transparan untuk mencari kombinasi yang semurah mungkin bagi pengadaan alat kesehatan dan obat-obatan. Dibutuhkan solusi yang melibatkan produsen alat kesehatan dalam negeri serta asosiasi farmasi.