Harga Obat Covid-19 Melambung, Ganjar: Main-Main Kita Sikat!
Banyaknya keluhan dari masyarakat mengenai kelangkaan dan lonjakan harga obat-obatan di pasaran menyita perhatian Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ia dengan tegas memperingatkan masyarakat tidak boleh ada yang menimbun, apalagi mempermainkan harga obat di Jawa Tengah.
"Mesti disikat betul. Agar kita bisa tenang. Nggak boleh ada yang main-main. Kalau obatnya saja sulit, ada yang main-main. Sikat semuanya," tegasnya.
Bukan tanpa alasan, hal itu disampaikan Ganjar usai menerima laporan Bupati Grobogan Sri Sumarni dalam rapat koordinasi penanganan Covid-19 di kantornya, Senin 12 Juli 2021.
Sri Sumarni mengatakan, Polres Grobogan berhasil mengungkap penjualan obat di sebuah apotek di Bugel Kecamatan Godong Grobogan yang kedapatan menjual obat di atas harga ecer tertinggi (HET) yang telah ditentukan oleh Menkes di masa pandemi Covid-19.
"Dalam sidak kemarin, kami menemukan ada apotek yang menjual obat di atas HET. Sudah kami tindak bersama jajaran kepolisian," kata Sri Sumarni kepada Ganjar.
Diketahui, obat yang dijual adalah Azithromycin Dihydrate 500 mg, yang merupakan salah satu obat yang masuk dalam ketentuan Menkes di masa PPKM Darurat. Sesuai HET, obat itu dihargai Rp1.700 per butir atau Rp17.000 per strip. Namun oleh apotek itu dijual dengan harga Rp100.000 per strip.
Merespons hal itu, Ganjar mendukung penuh upaya penegakan hukum yang telah dilakukan Pemkab Grobogan.
"Itu mungkin bisa terjadi di tempat lain. Kenapa kepolisian dan kejaksaan diperintahkan turun, agar tidak ada yang main-main," kata Ganjar.
Sesuaikan HET Pemerintah dan Pabrik
Lebih lanjut, Ganjar juga meminta pemerintah pusat melakukan penyesuaian dalam penentuan HET obat. Sebab, banyak kasus terjadi bahwa HET yang dikeluarkan pabrikan lebih tinggi dibanding HET yang ditetapkan pemerintah.
"Ketika pemerintah menentukan HET, saya sarankan disesuaikan dengan HET dari pabrikan. Kalau pabrikan sudah terlanjur mengeluarkan dan itu lebih tinggi, maka harus disesuaikan," jelasnya.
Sebab kalau tidak, maka HET pemerintah jauh lebih rendah dari HET yang ditetapkan pabrikan. Kalau begitu, maka apotek tidak berani menjual ke pasaran.
"Maka yang terjadi kemudian terjadi kelangkaan. Sudah banyak yang menyampaikan ke saya, aturan HET harus dikomunikasikan lagi. Kalau tidak, orang menjual dengan harga lebih tinggi sesuai HET pabrikan akan jadi kriminal," ucapnya.
Padahal lanjut dia, seringkali pabrikan mengeluarkan HET jenis obat lebih dulu dari ketetapan pemerintah. Hal inilah yang membuat dilema di tingkat masyarakat bawah.
"Jadi harus disesuaikan. Tapi intinya tidak boleh ada yang main-main soal ini," ujarnya.