Harga Naik, Pedagang di Probolinggo Sampai Hitung Jumlah Cabai
Memasuki puncak musim hujan, harga cabai rawit dan cabai besar di Probolinggo semakin “pedas”. Harga cabai rawit di sejumlah pasar tradisional terus melonjak hingga menembus Rp75.000 per kilogram (kg). Demikian juga harga cabai merah dan cabai keriting yang sebelumnya paling mahal Rp23.000 naik dua kali lipat menjadi Rp45.000/kg.
“Mungkin karena musim hujan, banyak cabai rawit dan cabai merah rusak dan membusuk di tingkat petani sehingga harganya melambung,” ujar Sueb, pedagang di Pasar Baru, Kota Probolinggo, Rabu, 6 Januari 2021.
Hal senada diungkapkan Mbak Ning, pedagang sayur-mayur dan bumbu-bumbuan di Jalan Djuanda, Kota Probolinggo. “Harga cabai rawit, juga cabai besar terus naik hampir setiap hari. Karena kulaknya naik, ya harga jual juga naik,” ujarnya.
Mahalnya cabai rawit dan cabai besar memusingkan konsumen terutama dari kalangan pemilik warung nasi. “Karena harga cabai rawit melambung Rp70.000, akhirnya saya hanya beli setengah kilogram,” ujar Muhammad Nurwahyudi, pemilik warung Lakar Sae komplek Stadion Bayuangga, Kota Probolinggo.
Harga cabai rawit Rp70.000/kg, kata Yudi, panggilan akrab Muhammad Nurwahyudi berwujud campuran cabai rawit dengan warna merah dan cabai rawit hijau. “Kalau cabai rawit super beberapa hari lalu tembus Rp90.000 kemudian turun menjadi Rp70.000 hingga Rp75.000 per kilogram,” ujar warga Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo itu.
Tidak hanya cabai rawit, cabai besar juga melonjak dua kali lipat. “Cabai besar merah yang campuran dengan hijau Rp45.000, tetapi yang merah thok bisa Rp60.000 per kilogram,” katanya.
Yudi pun mengaku, keuntungan yang didapat setiap hari menipis karena naiknya dua komoditas bumbu itu. “Mau saya kurangi cabai rawit dan cabai besarnya khawatir masakan di warung tidak sedap, ya terpaksa beli meski mahal,” ujar pria kelahiran Bondowoso itu.
Keluhan serupa diungkapkan Mila, warga Jalan Letjen Sutoyo, Kota Probolinggo. “Keluarga kami doyan sambal, meski cabai rawit mahal ya terpaksa tetap beli, meski tidak banyak,” ujarnya. Bahkan warga yang beli cabai rawit eceran, sampai dihitung jumlahnya oleh pedagang. “Saya beli cabai rawit Rp10.000, oleh mlijo (pedagang keliling) dihitung jumlahnya,” ujar Hafna, warga Kelurahan Tisnonegaran.