Harga Mahal Tetap Laris, Ternyata Begini Faktanya
Masih terpuruknya nilai tukar rupiah berdampak pada naiknya harga pakaian dan jenis busana lainnya. Meski terjadi kenaikan ternyata tidak menjadikan daya beli masyarakat lesu.
Salah seorang pedagang pakaian di pasar Babat Juni mengungkapkan sejak melemahnya rupiah harga pakaian mengalami kenaikan antara 10-20 persen.
"Kemungkinan karena bahan baku kainnya masih impor yang menyebabkan harga pakaian ikut naik," kata Juni, pada ngopibareng.id, Minggu 16 Desember 2018. Tak ingin merugi dirinya juga menaikkan harga jual dagangannya.
Walau ada kenaikan harga ia mengakui tidak berdampak pada penjualan. Memasuki musim liburan sekolah dan liburan Natal dan tahun baru justru ada peningkatan penjualan.
"Sejak tiga hari terakhir ada peningkatan penjualan sekitar 20 persen. Khususnya baju dan kaos," tambah Juni lagi.
Dari pantauan ngopibareng.id lapak-lapak penjualan baju dan busana di pasar Babat terlihat lebih ramai dari hari-hari biasanya. Rata-rata kaum ibu-ibu yang mengajak anaknya berbelanja pakaian.
"Kemarin habis terima rapor dan sudah liburan sekolah. Anak saya minta dibelikan baju baru," ujar pengunjung pasar Munawaroh. Diakuinya memang harga pakaian yang dibeli naik namun karena butuh dirinya tetap berbelanja.
Di Pasar Lamongan di sejumlah kios pakaian juga terlihat lebih ramai. Para pedagang mengakui harga pakaian mengalami kenaikan namun tidak berpengaruh signifikan pada penjualan.(tok)
Advertisement