Harga Lada Hancur, Petani Menganggur
Para petani lada di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, mulai kelabakan akibat terus turunnya harga lada. Bahkan penurunan harga lada saat ini mencapai 50 persen sehingga membuat banyak petani menganggur.
Sebagai komoditas ekspor, harga Lada di dalam negeri harusnya meningkat karena nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang berarti hasil rupiah dari ekspor bisa lebih tinggi.
Seorang petani, Tinjo, di Sambas, Kalimantan Barat, mengatakan harga lada saat ini mencapai Rp50.000 per kilo turun sekitar 50 persen dari harga normal yang biasanya mencapai Rp100.000-an per kilogram.
"Harga lada saat ini sangat rendah dan berlangsung sejak beberapa waktu lalu. Ini tentu menjadi beban secara psikologis dan pendapatan petani," ujarnya seperti dikutip Antara 1 September 2018.
Pendapatan petani lada, lanjut Tinjo, jatuh, padahal biaya produksi terutama harga pupuk tetap tinggi.
Ia mengaku tidak mengetahui faktor apa yang membuat harga lada saat ini belum bangkit seperti dulunya. Menurutnya jika hal itu terus berlangsung maka akan menurunkan semangat petani untuk budidaya tanaman lada.
"Kita tidak tahu kenapa lada begini. Terus turun dan turun. Jika harga tembus di bawah Rp50.000 maka itu sangat parah," kata dia.
Ia berharap kepada pemerintah dan pihak terkait bisa mengetahui dan mencarikan solusi soal harga lada yang sudah menjadi satu di antara komuditas unggulan Sambas.
"Tolong diperhatikan petani. Apakah soal permintaan atau pasar dan lainnya bisa diketahui dan diberikan solusi oleh pemerintah," pinta dia.
Keluhan harga juga disampaikan petani lainnya, Kapoh. Menurut Kapoh harga sekarang tentu membuat petani terpukul karena harganya jatuh.
"Padahal kita tahu lada komoditi ekspor. Kalau ekspor sekarang kan dolar naik. Kok harga lada tidak naik. Itu kenapa ya dan kita minta ada solusi atas persoalan ini," papar petani lada asal Desa Sendoyan tersebut.(ant)