Pemkot Tak Berdaya Atasi Harga Gula yang Masih Melambung
Sepekan lebih menjelang Hari Raya Idul Fitri, harga gula di pasar menembus harga Rp15-17 ribu per kilonya. Wiwik Widayanti Dinas Perdagangan (Disdag) Pemerintah Kota Surabaya menyebut, masih tingginya harga gula tersebut karena biaya pengolahannya yang masih belum terjangkau. Selain itu, gula impor yang sudah datang ternyata masih dalam bentuk gula rafinasi. Sehingga harus pengolahan lebih lanjut.
Dengan harga gula yang masih tinggi itu, dia meminta kepada warga Surabaya agar tak panic buying. Sehingga harga tak semakin melambung dan kelangkaan bahan pangan tidak sampai terjadi.
“Harapan kita habit belanja yang tidak sampai berlebih, masih kita penuhi. Kan sudah diatur Permendag soal batasan pembelian. Beras maksimal 10kg, gula 2kg dan itu sudah dipasang di kasir-kasir toko,” ucapnya di Surabaya, Kamis 14 Mei 2020.
Melambungnya harga gula, syukur tak diikuti dengan beras. Pasokan beras masih aman untuk beberapa bulan ke depan, sehingga harganya masih di taraf normal. Harga beras di pasaran berkisar antara Rp10-15 ribu rupiah per kilogram. Tergantung dari kualitas beras.
“Kalau beras stoknya masih aman. Ketersediaan mulai April sampai tujuh bulan ke depan masih aman,” tambahnya.
Berbeda lagi dengan telur ayam yang harganya di pasar malah turun. Harga telur di pasar berkisar antara Rp16-17 ribu per kilogramnya.
Terpisah, Alfian Lamardi anggota komisi B DPRD Surabaya mengatakan bahwa saat ini daya beli masyarakat sedang dalam masa penurunan. Apalagi dihantam oleh pandemi Covid-19 ini.
“Kalau kita lihat kenapa kok harga terkendali di tengah daya beli menurun? Saya rasa karena ada solidaritas dari warga Surabaya untuk membagikan sembako,” kata Alfian.
Meski demikian, DPRD dari PSI ini berharap bahwa harga tidak sampai seheboh tahun lalu. Sehingga hal ini yang menyebabkan harga bahan pokok relatif terjangkau dan tidak mengalami kenaikan secara signifikan.