Harga Garam Melambung, Ini kata Gus Ipul
Surabaya : Pemerintah Provinsi Jawa Timur berharap Kementerian Perdagangan serta Kementerian Kelautan dan Perikanan segera mempercepat solusi terkait kelangkaan garam konsumsi yang saat ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Jawa Timur. Kelangkaan ini juga mengakibatkan harga garam konsumsi terus meningkat bahkan saat ini sudah mencapai dua kali lipat dari harga normal.
Pantauan di beberapa pasar tradisional, harga garam konsumsi yang awalnya hanya Rp1000 per bungkus kecil (seperempat kilogram), saat ini sudah naik menjadi Rp2.500. Begitu juga harga satu paket garam berisi 20 bungkus garam halus saat ini harganya mencapai Rp21.000 per paket.
Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Jumat (21/7/2017) mengatakan, Jawa Timur adalah sentra garam dan menyumbang 40 persen kebutuhan garam nasional. "Jika garam di Jatim langka tentu berpengaruh ke daerah lain," kata Gus Ipul.
Terkait kelangkaan ini, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur juga telah menghubungi seluruh provinsi yang ada di Indonesia untuk mencari jika ada stok garam. Namun, seluruhnya ternyata juga sudah habis dan tidak memiliki stok lagi.
Menurut Gus Ipul, kelangkaan garam yang saat ini terjadi merupakan imbas dari tidak menentunya musim yang terjadi sejak tahun 2016 silam. Akibat panjangnya musim penghujan, pada tahun 2016, petani garam di Jawa Timur hanya mampu menghasilkan 123.873 ton garam dari target produksi sebesar 1,2 juta ton.
"Tahun ini, target 1,2 juta ton pertahun juga tidak terpenuhi. Hingga bulan ini petani di Jawa Timur hanya mampu menghasilkan 689 ton. Padahal kebutuhan garam konsumsi masyarakat Jatim pertahunnya sekitar 150 ribu ton," ujarnya. Dengan minimnya pasokan garam petani, maka garam yang saat ini beredar di pasaran menjadi langka dan harganya juga mulai melangit.
Impor garam sebenarnya bisa dilakukan, namun terkendala peraturan pemerintah dimana impor garam hanya bisa dilakukan untuk garam yang kadar Natrium Klorida-nya (NaCL) dibawah 97 persen.
Selama ini, garam dengan kandungan NaCL digunakan untuk garam produksi, sedangkan garam konsumsi kandungan NaCL-nya hanya 94-96 persen. "PT Garam sebagai satu-satunya importir yang bisa mendatangkan garam konsumsi juga kesulitan mencari garam dengan kandungan NaCL di bawah 97 persen," kata Gus Ipul.
Beberapa negara lumbung garam saat ini sudah sangat jarang yang memproduksi garam dengan kandungan NaCL di bawah 97 persen. "Karenannya kami minta pemerintah pusat bisa memberikan diskresi agar importir garam konsumsi bisa mendatangkan garam dengan NaCL 97 persen," ujar Gus Ipul.
Jika tak segera mendapatkan diskresi, Gus Ipul kawatir kelangkaan garam konsumsi di Indonesia akan semakin terjadi yang akibatnya harga garam konsumsi akan terus melambung dan membebani masyarakat. (wah)