Harga Cabai Rawit Meroket, Petani Banyuwangi Malah Rugi
Memasuki awal tahun 2021, harga cabai rawit di Banyuwangi mengalami kenaikan. Harga komoditas ini berkisar Rp80 ribu di pasaran. Harga ini dua kali lipat lebih tinggi dibanding harga sebelum tahun baru lalu. Namun pedasnya harga cabai rawit ini sama sekali tidak dirasakan oleh petani.
“Sebelum tahun baru, harga cabai rawit hanya Rp45 ribu per kilogram. Saat ini sudah naik menjadi Rp80 ribu per kilo,” kata salah seorang pedagang di Pasar Blambangan, Suwardi, 45 tahun, Senin, 4 Januari 2021.
Menurutnya, kenaikan harga itu terjadi mulai awal tahun 2021 lalu. Pada awal tahun harga cabe rawit langsung naik menjadi 65 ribu rupiah. Dan sejak Minggu, 3 Januari 2021 sudah menyentuh angka Rp80 ribu per kilo.
Tidak jelas alasan yang memicu kenaikan harga cabai rawit tersebut. Namun pedagang mengaku menaikkan harga karena di tingkat pengepul harganya sudah naik.
Di konfirmasi terpisah, Plt. Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, dan Perdagangan Nanin Oktaviantie menyatakan, untuk harga cabai rawit di Pasar Banyuwangi mengalami kenaikan harga dari Rp60 ribu per kilogram menjadi Rp76 ribu sampai Rp80 ribu per kilogram.
Dia menyebut, kenaikan cabai rawit ini menurutnya mulai terjadi pada minggu terakhir bulan Desember 2020 sampai dengan minggu pertama bulan Januari 2021. Menurutnya, kenaikan itu akibat kurangnya pasokan cabai rawit di pasar tradisional.
“Akibat kurangnya pasokan di pasar-pasar tradisional dan juga dipengaruhi oleh cuaca dan penyakit cacar yang mempengaruhi hasil produksi,” jelasnya.
Sementara itu, kenaikan harga cabai rawit ini tidak mempengaruhi pendapatan petani. Sebab hasil panen cabai rawit dalam beberapa minggu terakhir ini mengalami penurunan drastis. Cabai rawit tanaman mereka rusak akibat curah hujan tinggi. Hal ini menyebabkan lahan tergenang air. Selain itu tanaman cabai rawit juga terserang penyakit cacar air.
"Sebagian cabai terpaksa dipanen dan dijual dalam kondisi belum tua, belum sampai berwarna merah," kata petani di wilayah Genteng, Sukidi.