Harga Lombok Masih Tergolong Tinggi
Surabaya - Faktor cuaca menjadi alasan petani kekurangan stok lombok atau cabai. Curah hujan yang tak menentu serta ditambah dengan serangan hama membuat kualitas lombok yang di hasilkan petanipun juga menurun. Sehingga membuat para petani memanen tanaman lebih dini.
Hal itu lah yang membuat harga lombok di beberapa daerah khususnya Surabaya masih tergolong tinggi, seperti seperti di Pasar Nginden Surabaya, harga lombok Sempat menyentuh angka Rp 90.000/kilogram (kg), namun kini harga rawit merah turun antara Rp 75.000-Rp 85.000/kg pada hari ini.
"Harga Rp 90.000/kg itu kemarin, tapi hari ini turun sekitar Rp 75.000/kg sampai Rp 80.000/kg ya nggak apa-apa, saya ambil untungnya sedikit," ujar Sumarno salah satu pedagang lombok di Pasar Nginden Surabaya.
Sumarno menambahkan, kenaikan lombok dimulai pada pertengahan Desember 2016 lalu. Mulai dari harga sekitar Rp 35.000/kg, merangkak naik antara Rp 5.000-Rp 10.000/kg dalam 2-4 hari. Bahkan Di November 2016, harga lombok rawit merah sempat turun sampai Rp 15.000/kg. " Justru harga cabai rawit di November malah murah di bandingkan sebelumnya, cuma Rp 15.000/kg. Lebih murah dari cabai merah yang Rp 20.000/kg." tambah Sumarno.
Salah satu pedagang cabai lain juga menambahkan, faktor cuaca dan curah hujan yang tak menentu salah satu alasan petani kekurangan stok cabai. "Biasanya saya ambil langsung dari petani dan harga nya lebih murah,tapi kali ini hujan yang tak menentu membuat harga cabai mahal jadi saya cuma ambil sedikit saja" ucap Umar.
Zainudin salah satu pembeli, mengatakan bahwa harga cabai khususnya cabai rawit merah memang lebih malah saat ini. Tetapi dia harus tetap membelnya karena ia mempunyai usah warung makan. " Ya meskipun harga nya mahal saya tetap membelinya karena cabai merupakan salah satu bahan utamanya dalam membuat sambal." Ucap Zainudin.
Untuk menyiasatinya, Zainudin mencampur cabai rawit merah dengan cabai merah dan cabai rawit hijau yang harganya lebih murah dan mengurangi jumlah cabai yang di gunakan. "Ya ini terpaksa saya lakukan selama harga cabai masih tinggi soalnya saya juga biar tak rugi terlalu banyak" tutup Zainudin. (Wsn)