Harga Beras Premium di Jember Tembus Rp17.000 per Kg
Harga beras di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Jember tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan. Harga beras kualitas premium sudah tembus Rp16.000 – Rp17.000 untuk Minggu 18 Februari 2024. Sedangkan harga beras kualitas medium berada di kisaran Rp13.000 – Rp14.000.
Ketua Asosiasi Petani Pangan Jawa Timur Jumantoro angkat bicara. Pihaknya merasa prihatin dengan harga beras yang terus mengalami kenaikan. Bukan hanya memberatkan konsumen, juga dari kalangan petani yang merasakan dampaknya.
Sebagian petani di Jember tidak mengonsumsi beras hasil produksinya sendiri. Namun, hasil pertanian mereka dijual.
“Kami prihatin dengan kondisi beras yang terus mengalami kenaikan. Bukan hanya konsumen non petani, para petani juga turut merasakan dampaknya,” katanya, Minggu, 18 Februari 2023.
Di tengah kenaikan harga beras, petani Jember berharap harga gabah juga naik. Namun, petani yang panen hari ini, menjual gabah kering panen (GKP) Rp6.700 – Rp7.000 per kg.
Harga tersebut merupakan harga yang didapat petani setelah menjual gabah mereka kepada pihak swasta. Para petani memilih menjual gabah mereka kepada pihak swasta dengan alasan HPP gabah yang ditetapkan pemerintah Rp 5.000 sudah kadaluwarsa.
Semestinya jika harga beras tembus Rp16.000 – Rp17.000 harga GKP idealnya Rp7.000 – Rp8.000. Karena itu, Jumantoro berharap pemerintah segera merevisi HPP gabah tersebut secepat mungkin, agar pemerintah tidak kalah dengan perusahaan swasta.
Jangan sampai pemerintah merevisi HPP gabah setelah gabah milik petani sudah berada di tempat penggilingan milik swasta. Jika hal itu terjadi, Jumantoro memastikan gudang Bulog tidak akan terisi beras lokal, tetapi beras impor.
“Semestinya jika berbicara kedaulatan pangan, gudang Bulog harus terisi beras lokal, tetapi yang ada saat ini terisi beras impor,” tambahnya.
Terkait dengan kedaulatan pangan, Jumantoro juga mendesak pemerintah memastikan ketersediaan pupuk bersubsidi. Sebab jika bantuan sarana produksi (saprodi) tidak dipenuhi, maka kedaulatan pangan hanya sekadar angan-angan belaka.
“Kondisi saat ini pupuk subsidi dibatasi, jadi bagaimana bicara petani meningkatkan produksinya. Jangan berbicara kedaulatan pangan jika urusan pupuk masih banyak persoalan,” pungkasnya.