Tumben, Kota Malang Alami Deflasi?
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang mencatat adanya deflasi sebesar 0,03 persen selama September yang didorong oleh turunnya harga komoditas bahan makanan dengan andil -0,75 persen.
Kepala BPS Kota Malang, Sunaryo mengatakan bahwa kelompok bahan makanan memberikan andil terhadap deflasi yang paling besar, lalu diikuti oleh komoditas transportasi dan jasa keuangan dengan andil sebesar -0,38 persen.
“Daging ayam ras menyumbang deflasi paling tinggi yakni -0,078 persen. Dan mengalami penurunan harga 5,75 persen,” terangnya pada Selasa 1 Oktober 2019 di Kantor BPS Kota Malang.
Selain daging ayam ras, diketahui bahwa turunnya harga cabai rawit sebesar 11,81 persen juga turut menjadi penyumbang deflasi dengan andil sebesar -0,053 persen.
Lalu diikuti oleh bawang merah mengalami penurunan harga sebesar 10,98 persen dengan -0,036 persen. Serta telur ayam ras dengan penurunan harga sebesar 3,19 persen dengan andil -0,023 persen.
"Selain itu, tarif angkutan udara juga turut menjadi penyumbang deflasi, mengalami penurunan harga sebesar 2,80 persen dengan andil -0,07 persen," ungkap Sunaryo.
Sementara itu, komoditas penghambat laju deflasi, yakni harga mie yang mengalami kenaikan harga sebesar 9,39 persen dengan andil sebesar 0,17 persen.
Diikuti oleh komoditas emas perhiasan mengalami kenaikan harga sebesar 3,68 persen dengan andil sebesar 0,041 persen. Juga komoditas minyak goreng yang mengalami kenaikan harga sebesar 3,96 persen dengan andil sebesar 0,031 persen.
Perlu diketahui, di Jawa Timur, tercatat 8 kota mengalami deflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Jember sebesar 0,29 persen. Di antaranya diiikuti Kediri sebesar 0,27 persen, Madiun sebesar 0,19 persen.
Di tempat yang sama, Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Malang, Azka Subkhan, menerangkan bahwa pihaknya terus menjalin komunikasi dengan stakeholder terkait untuk menekan angka inflasi di Kota Malang.
"Kami melakukan hal itu untuk menjaga harga komoditas di Kota Malang tetap stabil," tuturnya.
Namun, Azka mengingatkan bahwa menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru harga komoditas akan cenderung naik.
"Tapi prediksi kami sepanjang Oktober sampai November harga komoditas cenderung stabil," tutupnya.